Hatiku sekarat dalam perih yang menelikung nadi dan menikam jantungku kala menyaksikan almarhum suamiku berpacu dengan waktu melawan penyakit yang kian menggerogoti jiwanya. Segala upayaku menunjang kondisi kesehatannya dengan segala ilmu tentang kesehatan yang kupunya, gagal dan berakhir sia-sia. Ilmuku tak berguna bahkan untuk almarhum suamiku sendiri. Semua mata dan telunjuk menuding padaku,"kamu bisa menyembuhkan penyakit orang lain, tapi kenapa tidak bisa menyembuhkan suamimu?".
Ilmuku tak berguna buat lelaki yang kucintai ... Hatiku sungguh sekarat.
Jiwaku sekarat dan nyaris menuju kematian, saat menyaksikan putraku tercinta meregang nyawa di sebuah ruang ICU karena penyakit yang mendadak begitu kejam merajai tubuh mungilnya. Berkali-kali kuciumi wajah tampan putraku dalam komanya, melantun doa panjang yang kubisikkan ditelinganya, meniupkan semangat untuk bertahan ke alam bawah sadarnya. Tapi maut tak mengenal rasa iba. Dalam pelukanku, direnggutnya satu-satunya nyawa putraku tercinta tanpa aku bisa berbuat apa-apa.
Semua jari menuding padaku,"kamu bisa menyembuhkan sakit para bayi pasienmu, tapi kenapa tidak bisa menyembuhkan putramu?".
Sekali lagi ilmuku tak berguna ... jiwaku sekarat menuju kematian.
Perlahan malaikat kehidupan menyemburkan aji-aji kehidupan dalam jiwaku. Menuntunku tertatih meraih kembali kehidupan di alam nyata yang sungguh ingin kujauhi dengan kesendirianku.
Malaikat penjaga hari menuntunku menemui banyak orang dengan banyak masalah yang bisa mengisi dan menghidupi ruh dalam jiwa sekaratku. Malaikat cinta menaburkan bunga-bunga di taman hatiku dan menyemikan cinta buat kehidupan yang melekat dijiwaku.
Malaikat penjaga jiwa mentahbishkan ikatan cinta antara diriku dengan sang Hidup hingga mengembang kembali dari semula cuma kuncup yang tersembunyi dalam belukar kehidupan.
Aku tak mau sekarat lagi kali ini Tuhan ... karena aku belum cukup berbuat apapun untuk kehidupan yang Kau beri. Tolong ... tolong rengkuh sukmaku agar tak letah dan lunglai. Raih jiwaku dalam dekap kasihMu,agar asa tak padam dalam jiwaku.
Agar aku tetap bernyawa untuk membujuk setiap jiwa yang sakit untuk segera berupaya menyembuhkan dirinya.
Tuhan ... sekali ini saja aku mohon, agar ilmuku berguna buat selembar kehidupan yang Kau beri. Sekali ini saja Tuhan ... setelah itu aku pasrah jika jiwa sekaratku hendak Kau bawa kekeabadian.
1 komentar:
muhasabah yang indah...
Post a Comment
Untuk mempererat persahabatan, tinggalkan jejakmu di tulisan ini ya sahabat. Terima kasih