Ada suatu masa yang manis bersamamu, perempuan ayu yang manja dalam gaya namun penuh solidaritas juga kadang emosional. Saat kulihat semangat membara di dirimu lewat gerak langkah, aktivitas dan lantun merdu suaramu, aku mengagumimu. Aku yang begitu muda, merasa dekat sebagai adik pada kakaknya. Banyak pelajaran yang kupetik saat bersamamu. Keramahan, santun dan perhatianmu padaku kurasakan lebih dari pada perhatianmu pada mereka, teman-teman seangkatanku.
Ada suatu masa, di mana aku juga dekat dengannya, lelaki tampan penuh pesona yang membius rasa setiap perempuan, tak terkecuali beberapa temanku seangkatan. Aku juga mengaguminya yang pandai bermain gitar, lembut dalam tutur, akhlak yang baik meski di mataku dia terlalu lambat dalam gerak sebagai seorang lelaki. Aku menghormatinya sebagai seorang kakak.
Tiba di suatu masa, saat aku terhenyak Engkau yang ayu dan energik menyatu dalam ikatan suci dengannya yang tampan namun begitu lambat dan sering tanpa inisiatif yang pasti. Namun aku turut bahagia. Kufikir layaklah kalian berpasangan, suara emasmu akan berpadu indah dengan denting gitarnya. AKu bahagia untuk kalian.
Pusaran waktu menjauhkanku darimu karena banyak alasan. Tapi waktu pula yang menakdirkan kita kembali jumpa. Aku melihat lagi kecantikanmu yang masih tak lekang oleh waktu. Tapi di mana suara emasmu? di mana keceriaan yang kukenal dulu? Mana rona bahagia yang selalu bisa mengimaji banyak jiwa? Kusimpan rasa penasaranku akan begitu banyak perubahan yang kulihat dengan mata telanjangku.
Tak kukira, malam itu kau curahkan semuanya padaku. Pilu yang memilin hatimu. Perih yang mengoyak jiwamu. Lara yang membekukan semangatmu. Kulalui malam itu bersamamu, menyaksikan bulir-bulir air mata luruh dari kedua kelopak indah matamu. Apa yang kulakukan? cuma bisa menepuk bahummu. Apa yang bisa kukatakan? hanya mampu memberi sedikit suntikan semangat buatmu.
Semua akan tetap menjadi rahasia, antara kau dan aku. Ceritamu akan rapat tersimpan dalam ruang hatiku. Hingga tiba saatnya bermetamorfosa menjadi jalinan fiksi yang menggugah hati. Aku ingin memelukmu, membagikan kekuatan yang kupunya. Tapi kutahu, yang kau perlukan bukan cuma itu. Maka kulambungkan selaksa doa ke petala langit ketujuh. Berharap dia yang menjadi sisian hatimu berubah dan bisa lagi mencairkan hatimu yang beku. Menghangatkan jiwamu yang tergigil kuyu.
Sebuah harapan masih kusimpan, berharap suatu hari kelak, kudengar lagi suara emasmu dengan iringan denting gitarnya. Tiada yang mustahil dalam hidup ini. Bukankah Tuhan pemilik semua hati? Kan kupinta bahagia untukmu. Kan kupinta agar Tuhan menggerakan dan menyadarkan hatinya untuk segera kembali ke rumah hatimu. Andaipun bisa, kan kupetikan rembulan, sebagai hadiah seorang adik pada kakaknya.
0 komentar:
Post a Comment
Untuk mempererat persahabatan, tinggalkan jejakmu di tulisan ini ya sahabat. Terima kasih