Sunday, January 15, 2012

A Piece of Sweet Moment In Doli

Saat usiaku 15 tahun , aku membayangkan apa asyiknya kalau berusia 17 tahun? Sesuatu yang oleh kebanyakan orang disebut sebagai sweet seventeen moment. Nyatanya, aku mengganggapnya sangat biasa saat tiba di usia 17 tahun. Yang berubah cuma usia yang beranjak dewasa. Terlebih tak pernah ada tradisi merayakan ulang tahun dalam keluarga besarku.

Kemudian menjelang 25 tahun, aku sibuk merancang target-target dalam hidupku, terutama target menikah yang nyatanya gagal dengan sukses. Selanjutnya aku jalani pergantian tahun, pertambahan usia berikutnya dengan santai. Meski sempat kurasakan sindrom menjelang usia 30 disebabkan teguran, cibiran dan sindiran yang mengusik kelajanganku di usia kepala tiga, namun segalanya bisa kuatasi dengan sebaris senyum dan banyak catatan di buku harian yang kini bahkan abunya tak lagi bersisa.

Usia 35 adalah momen indah pertama meski tanpa kue ulang tahun yang kulewati bersama almarhum suamiku. Rasanya aku tak hendak keluar dari lingkaran kebahagiaan yang kureguk sempurna bersama lelaki pilihan yang ditakdirkan mendampingiku. Siapa mengira ternyata, ini adalah moment indah pertama sekaligus terakhir bersama lelaki berhati malaikat yang melindungiku hangat dengan kedua sayapnya.

Januari setelah usia ke 35 selalu kelabu. Tak pernah lagi ada tawa apalagi limpahan ucapan selamat atau sebentuk birthday tart pada pertambahan usiaku. Terlebih setelah pada januari ke 38, satu-satunya putraku, buah hati dan sibiran tulang tercinta menyusul sang ayah ke keabadiannya. Januari menjadi moment yang tak hendak kuingat. Bahkan sekuat tenaga aku berusaha menguburnya rapat-rapat. Januari berubah menjadi the black month buatku.

Dua tahun lalu, aku ditanya oleh seorang sahabat, bagaimana rasanya menjadi perempuan berusia 40 tahun? Tak ada jawaban yang kuberikan. Karena sekeping hati yang kupunya bahkan "lupa" bahwa Januari adalah sebuah bulan kelahiran seorang perempuan, aku. Bagaimana harus kujawab bahwa menjadi perempuan berusia empat puluh adalah serupa sebatang pohon yang tak cuma berlapis kabut tebal tapi juga barutan bekas luka yang memanjang di sekujur jiwa. Luka yang tak cuma berdarah tapi juga menelikung nadi yang nyaris membuatku sekarat dalam balutan duka kehilangan belahan jiwa dan cahaya mata.

Berbuku-buku tulisan penyemangat jiwa kubaca. Berbagai teman kusapa dan berbagai komunitas kumasuki sebagai sebuah upaya mencari kekuatan sukma. Tak percuma sungguh, lewat pertemuan dengan banyak orang, aku mendapat begitu banyak pencerahan yang membuatku merasa tak sendiri dalam duka yang memerih dan menyerpih asa.

Langkah kaki kembali membawaku menemui Januari tahun ini. Dengan bekal berlapis-lapis doa, aku berharap Januariku tak lagi biru. Konon kata seorang ibu berkebangsaan Singapur yang menyayangiku seperti putrinya sendiri, biru adalah lambang miserable, duka dan kesedihan. Awal tahun kali ini, kutekadkan tak ada lagi air mata. Kukemas segala duka dalam satu peti khusus, dan kuletakkan dalam sebuah ruang penyimpanan sebagai memorabilia sekeping kehidupan. Biarlah ia teronggok di sudut itu dan berdebu bersama waktu.

Memasuki hari ke limabelas, sekali lagi aku mendapat kejutan yang amat sangat manis. Begitu manis dan pinky hingga mampu menyemarakkan sebuah ruang di salah satu sudut komplek pelacuran Doli. Di Taman Bacaan Kawan Kami. Tempat aku dan teman-teman Cendolers Jawa Timur berbagi ilmu kepenulisan dengan adik-adik, para anak PSK, mucikari dan gembong narkoba.

Hatiku riuh seiring nyanyian anak-anak mengiringi datangnya sebuah birthday tart lengkap dengan lilin yang menyala, yang dibawa oleh Ranny dan Eka, duo gadis cendolers. Airmata nyaris tumpah menahan segenap haru, bahagia dan aneka rasa yang tak terwakilkan kata. Suasana belajar jadi hiruk pikuk dengan segala teriakan ucapan, salaman dan peluk cium. Hatiku gerimis seiring hujan yang menderas membasahi bumi Doli.


A piece of sweet moment in Doli, biarlah kunamai seperti ini pelangi rasa dalam hatiku. Jika hari ini kalian bertanya, bagaimana rasanya menjadi perempuan berusia 42 tahun? Maka jawabku, subhanallah, alhamdulillah, sesuatu ... hehehehe. Aku memang tak lagi memiliki anak yang kukandung dan kulahirkan dari rahimku. Tapi aku bahagia dengan banyak anak yang kukandung dengan hati dan lahir dari ketulusan jiwa. Tatap mata anak-anak kecil di Doli yang selalu ramai menyambut kedatanganku dengan teriakan,"bundaaa..." adalah sungguh serupa hadiah dari surga bagi Januari ke 42. Belum lagi hadirnya saudara, sahabat dan kerabat yang memberiku ruang pada hati mereka untuk merasakan keteduhan dan kenyamanan dalam jalinan indah persaudaraan. Aku merasa menjadi manusia yang paling bahagia di atas dilatasi duka yang mendewasakan dan mendidikku.

Ijinkan kuhaturkan terima kasih, peluk sayang dan cinta bagi kalian semua yang telah sudi merengkuhku dalam kehangatan cinta. Semoga amanah kebahagiaan ini akan memicu motivasiku untuk menjadi dalam bingkai kebaikan, amin.


P.s : Buat Mbak Sari, Ranny dan Eka yang sukses memerah jambukan hariku, you are awesome gals!

11 komentar:

Unknown said...

bundaaaaaa........, hiks, **** peluk erat hati bunda .....

Titie Surya said...

Hatiku nggak bisa nafas kalau meluknya terlalu erat hehehe

Akarui Cha said...

bundaaaa :)

Ms Mushroom said...

loh mbak titie ulang tahun yaa ... selamat mbak, semoga kehidupannya selalu diwarnai kebahagiaan aamiin :)

Titie Surya said...

Hai Chaaaa... *peluk sayang

Titie Surya said...

Hai Fenty, terima kasih yaa untuk semua doanya. AMiiin...

Refli said...

Bunda punya saya, kita dam kami untuk melewati sisa kejamnya kehidupan dengan kehangatan kebersamaan. . .

kicau burung masih terlalu indah untuk dinikmati dengan tangisan bund . . .

Refli said...

bunda punya saya, kita dan kami semua untuk mengaungi sisa kejamnya kehidupan dengan hangatnya kebersamaan bund. . .

kicau burung terlalu indah untuk ditangisi bund

Titie Surya said...

Ya dan aku bahagia memilikimu, kalian dan mereka semua :) Terima kasih ya ....

Andro Bhaskara said...

hhhmmm.. tak bisa berkata apa-apa untuk mengungkapkan kekagumanku.. :)

Titie Surya said...

Terima kasih Andro Bhaskara :)

Post a Comment

Untuk mempererat persahabatan, tinggalkan jejakmu di tulisan ini ya sahabat. Terima kasih

Followers

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | 100 Web Hosting