Berbincang dengan seorang sahabat jiwa, seringkali membuat aku selalu berkata,"euureekaaa ...!"
Karena tiba-tiba aku bisa menemukan ide segar yang semula buntu di kepalaku dan kadang macet di hatiku. Seperti macetnya hati dan jiwaku jika persoalan demi persoalann bertumpuk dan mematahkan semangat.
Karena tiba-tiba aku bisa menemukan ide segar yang semula buntu di kepalaku dan kadang macet di hatiku. Seperti macetnya hati dan jiwaku jika persoalan demi persoalann bertumpuk dan mematahkan semangat.
Tak bisa kupungkiri kadar kemanusianku yang lemah, kadang menyeretku pada kondisi stress yang cukup lumayan menyita energi jiwa, disebabkan masalah-masalah yang lebih sering berlarut karena aku tak hendak keluar dari zona nyaman yang tak lagi aman. Alhamdulillah meski demikian, tidak menjadikan aku distress yang bisa membuat aku kehilangan kontrol emosi. Bagaimanapun aku mencoba meletakkan segala sesuatu pada posisi yang sesuai dengan porsinya, termasuk stress ku.
Salah satu cara untuk melepas stressku adalah dengan ngobrol, selain membaca dan menulis. Seringkali dari obrolan itu aku mendapatkan kalimat-kalimat yang menggugah jiwa, menyentak kesadaranku sampai ke level "tersedak" dalam ketersentakan kesadaran yang kembali pada akal warasku.
Kembali pada sebuah kesadaran tentang lapangnya hati, betapa hati yang lapang seluas samudra tak bertepi. Hati yang mampu menerima setiap kejadian dengan kesadaran penuh sebagai bagian dari ujian. Sebagai bagian dari cintaNya yang kadang di ulurkan dengan sangat bergelombang. Seumpama gelombang magnetudo, panjang dan kadang mengempaskan.
Namun bagaimanapun dalam setiap ujian, Allah telah berikan "seperangkat alat perang" dalam diri kita bernama HATI. Hati yang senantiasa mudah kita bentuk menjadi lapang ataukah sempit. Sungguh, hanya sebuah keyakinan akan kebesaran Sang MahaBesar lah yang membuat kita mampu menjadikan sabar sebagai hiasan jiwa. Menjadikan ikhlas sebagai permata hati dan menjadikan maaf sebagai pakaian kebesaran. Inilah sesungguhnya yang mampu membuat hati kita menjadi lapang.
Betapa hati yang lapang sangat luas tak bertepi. Karena ia mampu menyerap segala yang pahit menjadi sebuah unsur yang bisa bermetamorfosa menjadi sebuah senyum manis, tidak cuma di bibir tapi juga di jiwa. Karena hakekatnya setiap yang pahit adalah obat yang akan menyembuhkan segala luka dan menyehatkan segala sakit. Ia pun mampu merubah kepedihan menjadi syukur tak bertara, karena kepedihan akan menjadikannya mampu menghargai setiap detik kebahagian dan membagikan kebahagiaan itu pada setiap orang di sekelilingnya.
Maka benarlah apa kata Rosululloh,"Berhati-hatilah dengan segumpal daging di dalam dirimu, jika ia baik, maka baik juga semuanya. Jika ia buruk, maka buruk juga semuanya, Segumpal daging itu adalah HATI"
Sungguh menjadikan hati kita lapang laksana langit tak bertepi adalah bukan sebuah pekerjaan mudah namun bukan berarti tidak bisa diupayakan. Bagaimana memulainya ...? Mulai lah dengan memaafkan. Memaafkan kesalahan siapapun, dan apapun yang telah orang lain perbuat pada diri kita. Lalu ikhlaskanlah segala perih yang merajai hati. Anggaplah setiap kepedihan sebagai kafarat, penebus dosa-dosa yang telah kita lakukan. Kemudian bersabarlah atas segala luka dengan tetap tersenyum, senyum tulus yang lahir dari hati. Yakinilah bahwa Allah SWT akan menggantikan segala yang hilang, yang terlukai dan yang ternoda dengan sesuatu yang insya Allah lebih baik lagi.
Allah MahaTahu apa yang kita butuhkan, di balik setiap keinginan yang seringkali melenakan. Bersyukurlah atas sekecil apapun nikmat yang telah kita rasakan. Jangan pernah menghujat takdir. Karena sesungguhnya lintasan kepedihan yang kita alami adalah sebuah proses belajar agar kita mampu menghargai apapun. Dengan demikian hati kita akan senantiasa lapang, serupa langit tanpa batas dan seumpama laut tak bertepi.
Sahabatku ... mari bersama melapangkan hati, hingga orang merasa nyaman dan selalu ada tempat untuk berjuta cinta, berjuta kasih, berjuta maaf buat orang-orang di sekitar kita, buat jiwa-jiwa yang kita cintai. Teruslah berproses bersama cinta pada kehidupan yang dianugerahkan oleh Sang Pencipta jagat raya. Karena mencipta hati yang lapang, tak cukup dengan satu dua hari, minggu bahkan berbilang bulan dan tahun. Karena hati akan melapang seiring kemampuanmu memaknai hakekat kehidupan. Bahagialah mereka yang memiliki kelapangan hati.
*Tulisan ini kuperbaiki dari tulisan yang kubuat pada tanggal 3 Julis 2008 dan dimuat di http://tsabitaadzimatillah.multiply.com/journal/item/63/LUASNYA_HATI_YANG_LAPANG . Waktu mendewasakanku dan membuatku lebih tahu kelemahan tulisan ini sebelumnya.
10:59 AM
Titie Surya

Posted in:
10 komentar:
nice bunda,
moga yang Maha Membalikkan Hati selalu membantu kita menetapkan hati ini selalu di jalanNya ....
tidak akan komen masalah tulisannya, tapi disini bagiku sebuah ruangan belajar yang baik...
salam
Ridwan : Amiiin ... semoga kita senantiasa bisa menajga hati yang cuma 1 :)
Mas Insan Robbani : Kalau gitu mari belajar bersama :)
Asslm bu, kunjungan perdana di blog Catatan Hati bunda Titi Surya :)
Hai Yudhi, terima kasih kunjungannya ya ...
"hati".. Semoga Allah menetapkannya pada bentuk "syukur" akan NikmatNya... makasih pencerahannya.. :)
Terima kasih kembali Andro Bhaskara. Semoga kita tidak termasuk orang yang lalai dalam beryukur atas segala nikmat.
bunda titie nice share, baru pertama kali berkunjung ke blog nya bunda :)
Hai Meutia ... thanks sudah ebrkunjung ya :)
Post a Comment
Untuk mempererat persahabatan, tinggalkan jejakmu di tulisan ini ya sahabat. Terima kasih