Monday, March 1, 2010

DIlema Dunia Maya

Gerak rampak kehidupan kian menjadi semakin sempit dan dekat dengan adanya media internet. Segala hal bisa dilakukan dan bisa mungkin terjadi dengan media ini. Mulai dari sekedar pertemanan, persahabatan, bisnis, cari berita bahkan kencan dan perselingkuhan.

Sejak tahun 1998 aku mengenal dunia internet yang semula sebatas chatting di ruang jadul dan bebas kendali semacam MIRC sampai kemudian aku semakin tahu bagaimana memanfaatkan dunia internet menjadi media kreasi dan bahkan bisnis.

Lewat ruang-ruang maya ini juga aku memiliki banyak sahabat dan menjadi tahu banyak cerita dari pengalaman kehidupan mereka. Seringkali aku berjam-jam on line cuma untuk mendengar cerita kehidupan yang disampaikan oleh sahabat-sahabatku, yang jujur saja selalu menginspirasi tulisanku.

Salah seorang sahabatku di dunia maya, sebut saja namanya mas Ilham. Dia kukenal cukup lama, mungkin sekitar 6 bulanan yang lalu atau lebih. Beliau adalah seorang ayah dan suami yang mencintai istri dan anak-anaknya. Meski cuma tamatan SLTA dan cuma seorang karyawan di sebuah perusahaan swasta, namun kehidupan rumah tangganya bisa dibilang tanpa riak dan keributan yang berarti. Namun kali ini dia menyapaku dengan keresahan yang mendalam.

"Mbak Tiara....pa khabar, saya dah lama nunggu mbak on line, hampir sebulan ini saya nunggu mbak" begitu sapanya saat aku baru saja online.

"Khabar ku baik mas, alhamdulillah. Aku selalu online kok, cuma selalu invisible, maklum deh..habis banyak fans...heheheh" jwabku santai.

"Mbak aku mau curhat tentang masalahku boleh? kufikir mbak adalah orang yang tepat buatku bercerita dengan sekian pengalaman kehidupan mbak yang menarik, boleh kan mbak"tanya nya padaku.

Aku tercenung, sebegitu pantasnya aku menerima cerita hidupnya dalam pikirannya?, sebelum akhirnya kumenjawab, " silakan aja mas..aku akan menyimak semua cerita mas".

"Mbak, saya mengenal seorang perempuan sejak 5 tahun lalu, kami kenal di dunia maya. Dia seorang dosen di sebuah perguruan tinggi. Seorang ibu dengan 3 orang anak yang manis-manis. Saat itu dia ada masalah dengan suaminya, dan sang suami meninggalkan dia dan pulang ke rumah orang tuanya dengan tidak menyelesaikan masalah yang ada" begitu dia mengawali ceritanya.

Aku menyimak ceritanya dan bertanya, "lalu....?".

"Karena seringnya kami berkomunikasi selama 5 tahun ini, sekitar 5-6 bulan terakhir ini perlahan tumbuh perasaan sayang diantara kami mbak..aku nggak tau apa ini cinta, tapi aku simpati dan kasihan padanya. Kami sama-sama sadar bahwa hubungan ini tidak boleh berlanjut, karena akan merusak rumah tangga kami masing-masing. Tapi mbak...kami terlanjur saling sayang, bagaimana mengakhiri semua ini mbak....??? aku bingung...."dia menguraikan dengan penuh nada ragu, bingung dan cemas yang mengalun di hatinya.

"Sebenarnya apa sih mas, masalah temen perempuanmu itu...???sampai dia curhat segitunya padamu", tanyaku penuh selidik.

"Aku juga nggak tau masalahnya secara detail mbak, mulanya aku juga ngga mau dijadikan tempat curhatnya, aku suruh dia curhat sama orang tua, sahabat atau siapalah yang mencintai dia....tapi dia nggak mau", jawab mas Ilham.

"Eeeem.....mas, hati perempuan itu rapuh, disaat punya masalah dia mudah tersentuh, biasanya dia merasa lebih nyaman curhat dengan teman laki-laki sebagai sosok yang secara halus dia berharap mendapat simpati, empati bahkan mungkin kasih sayang dan cinta yang saat itu tidak dia dapatd ari suaminya. Disini lah letak kelemahan perempuan sekaligus juga daya pikat perempuan yang akan dengan mudah membuat laki-laki luluh dan jatuh hati karena ketakberdayaannya. Karena pada kondisi ini laki-laki akan merasa dirinya jadi hero buat si perempuan lemah tadi. Ini analisa psikologis awur-awur an loohhh....tapi insya allah seperti itu yang terjadi", kataku sambil nyengir yang tentu aja dia nggak bisa lihat aku nyegir.

"Mas harus segera ambil keputusan, untuk segera mengakhiri hubungan ini...harus mas, sebelum segalanya terlambat", kataku mensugestinya.

"Aku pernah coba mbak....tapi nggak tega, waktu kutelepon dia nangis, dan bilang nggak akan mutusin hubungan ini, kecuali aku yang memutuskan, tapi mbak...sungguh aku nggak tega, sakit rasanya mbak....", kata mas Ilham, yang kuyakin disana dia menulis dengan penuh rasa sesak di dadanya.

"Mas...coba kita berfikir jernih....rasa sakit yang mas dan dia rasakan...akan hilang dengan sendirinya bersama waktu yang bergulir. Tapi mas...coba mas bayangkan rasa sakit yang akan dialami oleh anak-anakmu....karena ayah yang mereka cintai ternyata mengkhianati ibu mereka, ternyata memberi contoh kesalahan buat mereka,...bayangkan sakit yang akan diderita oleh istrimu...padahal selama ini kalian tidak pernah bertengkar, tidak pernah punya masalah..tiba-tiba menemukan kenyataan bahwa suaminya selingkuh....coba bayangkan mas...rasa sakit mereka tertoreh dalam di hati...membayang jelas di mata....duuuhhh....sakit itu mas....bisa kah mas tanggungkan sakit mereka.....Tegaaaaa mas...???melihat penderitaan yang akan mereka hadapi selama sisa hidup mereka....??!!", aku menuliskan semua itu untuknya dengan sepenuh rasa sesak di dadaku membayangkan rasa sakit istri dan anak-anaknya.

"Jadi aku harus hentikan sekarang mbak?, aku harus tega mbak....kami belum pernah ketemuan mbak, apa harus ketemu dulu baru kuputuskan?", tanyanya dengan sendu.

"Yaa harus mas....harus sekarang sebelum semuanya terlambat....dan...weeeiittss..nggak perlu ketemuan dengan dia mas, karena akan semakin sulit buat mu untuk memutuskan dia, ayoo mas...sebelum segalanya terlambat, aku yakin mas bisa, aku yakin mas mencintai keluarga mas..."jawabku menyemangatinya.

"Aku coba ya mbak...do'akan semoga aku bisa, makasih yaa....", jawabnya

"Iya, insya Allah kita akan saling mendo'akan...yang penting mas harus tegas dan kuat, okeyyy..."kataku kembali menyemangatinya.

"Iya mbak...sekali lagi makasih ya...".

Kami mengakhiri dialog dan aku tercenung. Eeeemm....dunia maya ternyata betul-betul bisa membuat kita terlena. Andai kita tak mampu punya filter atas segala interpensi negatif yang ada, maka kita akan mudaah tergelincir. Dan yang lebih parahnya lagi...kita makhluk bernama perempuan adalah sosok yang rentan dengan segala godaan ini. Hati lembut dan rapuh kita kerapkali menjadi sebuah pembenaran buat mencari "kasih sayang" dari dunia maya.

Bukan tak boleh kita bersahabat di dunia maya, cuma pesona yang kita punya sebagai perempuan, dalam bentuk apapun, seringkali menggelincirkan kita pada kesalahan yang mulanya sama sekali tidak diniatkan.

Benarlah kata Rosululloh, Saw bahwa harta, tahta dan wanita adalah sumber utama yang bisa menggelincirkan laki-laki dari kebenaran. Maka jadikanlah diri kita "perhiasan" yang berharga, yang terjaga dari segala jamahan "liar" dalam bentuk apapun,karena sungguh....Allah telah ciptakan kita dengan segala pesona yang maha dahsyat, maka jagalah diri, jiwa dan kehormatan kita dengan penuh rasa syukur atas anugrah terindah pada diri kita..ini seruan buat diriku sekaligus sahabat-sahabat jiwaku sesama perempuan.

Buat kalian kaum adam, yakinlah keluarga adalah yang terbaik buat kalian, jadikan ia surga di dunia, cintai istri dan anak-anak kalian dengan sepenuh rasa tanggung jawab, karena mereka adalah amanah yang Allah berikan pada kalian untuk kalian jaga, lindungi dan cintai dengan sepenuh jiwa. Mereka selalu ada buat kalian saat kalian butuh penyejuk jiwa.

Buat semua sahabat-sahabat jiwaku.....yuuuukkkk....saling mengingatkan dalam kebaikan, karena cinta...karena cintaNya yang telah mempertemukan kita di ruang-ruang maya ini.

1 komentar:

Mois said...

Salut dengan semua kabijakan dan kebajikan yang anda sarankan,sebenarnya saya ragu dg kata belum pernah ketemuan antara ilham dg pasangannya di dunia maya..5 tahun bukanlah waktu yg sedikit untuk melakukan pertemuan apalagi sebegitu mendalamnya kedua insan dalam menjalin persahabatan (atau dpt dikatakan perselingkuhan). sebab selingkuh itu sdh ada bila timbul rasa sayang dan memiliki antara dua pasangan yg sdh mempunyai pasangan meski lewat telp, chat atau apapun.
tapi satu catatan disini: lepas dr mas ilham saya sungguh banyak belajar dari penulis arti mempertahankan sebuah hubungan Anda begitu dewasa dalam berpikir meskipun saya yakin anda bukanlah seorang psikolog.
thanks.
semoga Allah selalu memberikan berkah pada hambanya

Post a Comment

Untuk mempererat persahabatan, tinggalkan jejakmu di tulisan ini ya sahabat. Terima kasih

Followers

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | 100 Web Hosting