Ada yang pernah membaca buku Alice In Wonderland?. Buku karya novelis Lewiss Caroll yang sejatinya adalah buku cerita anak yang mengisahkan petualangan Alice, seorang bocah kecil yang perlahan beranjak remaja dan menjadi dewasa yang hidup dalam dunia mimpinya yang penuh petualangan mencengangkan, menakjubkan dan tentu saja penuh ketegangan dan intrik-intrik yang jika lebih dicermati tidak terlalu cocok dengan dunia anak-anak. Saya tidak hendak meresensi buku tersebut yang juga bisa kita saksikan versi layar lebarnya. Jadi silakan baca dan saksisakan sendiri filmnya yaaa. Namun membaca buku itu membuatku melakukan napak tilas jejak panjang sebuah perjalanan.
Semua teman-temanku di SMP dan SPG (Sekolah Pendidikan Guru) tentu tahu bahwa aku sangat berminat dengan pelajaran bahasa, entah itu bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Tapi karena alasan Aku selalu menduduki posisi lima besar, maka oleh guru-guru di SPG, Aku dimasukkan ke jurusan matematika-IPA yang tentu saja bisa ditebak nilai matematika dan IPA ku tidak lebih tinggi dari nilai kedua mata pelajaran bahasa. Menakjubkan buatku sekaligus menimbulkan berang dihati almarhum ayahandaku karena sejatinya beliau menginginkan putri bandelnya ini menjadi seorang dokter bukan seorang guru. O ya terkabulnya Aku masuk SPG setelah ngeyel nggak mau jadi dokter, boleh, tapi dengan syarat harus selalu diposisi lima besar dan masuk jurusan matematika/IPA. It's oke, sudah kubuktikan padamu, ayah.
Lepas dari SPG aku “terjerumus” ke jurusan Administrasi Pendidikan, IKIP Jakarta yang sekarang bermetamorfosa menjadi UNJ disebabkan karena sahabatku yang dalam alam bawah sadarku adalah kakak lelaki yang tidak pernah kupunya, kuliah dijurusan tersebut (ahaaaayy jadi kangen sama kakakku itu, ada yang tahu dimana mas Sukardi berada?). Jurusan yang kata kebanyakan teman termasuk kategori madesu alias masa depan suram. Meski awalnya terpaksa, Aku enjoy menjalani hari-hari kuliah dijurusan itu, blessing in disguise, kutemukan dunia belajar yang menakjubkan bersama kakak-kakak kelas yang cerdas dan juga aktivis kampus yang cemerlang. Dunia mengeja kata semakin luas bagiku. Berbuku-buku kubaca dan kudialogkan dengan mereka menjadi sebuah dilatasi memori yang mengendap dialam bawah sadarku. Masa mengadu argumentasi lewat berbagai kegiatan membuatku merasa cerdas meski aku tak pernah lulus dari jurusan tersebut. Sebagai gantinya aku bersicepat dengan waktu menyelesaikan kuliahku di D3 sebuah Akademi Bahasa di Jakarta.
Berbekal selembar ijazah D3 Akademi Bahasa Inggris yang kukantongi aku memasuki dunia kerja yang lagi-lagi semakin membuatku bergeliat dalam duniaku, dunia kata-kata yang terangkai menjadi cerita, prosa, artikel atau sekedar curhatan garing, candaan jayus dan pantun-pantun jadul. Aku menulis disela mengawas ujian, disaat menunggu murid-muridku menyelesaikan soal, ketika rapat dewan guru bahkan waktu jam istirahat. Kepala sekolah tempatku mengajar cuma bisa geleng-geleng kepala menyaksikan ulahku. Ulah yang juga mengantarkanku menjadi juara dua sebuah lomba menulis cerita anak pada tahun 1993 yang diadakan oleh LDK IKIP Jakarta.
Sebuah anugerah sekali lagi kuterima disebabkan kegilaanku pada dunia kata. Lewat sebuah pengumuman lowongan mengajar disebuah sekolah International di Singapura, Aku meraih satu diantara lima belas posisi sebagai guru sciense di Singapore Primary International School. Dari semula Aku mengajar bahasa Inggris di SMP dan SMA turun menjadi guru SD di Singapura, tapi tingkat kesulitannya jauh lebih tinggi karena aku mengajar dengan pengantar bahasa Inggris. Satu hal yang membuatku bersemangat, salah satu point kelulusanku pada sesi test calon guru adalah sebuah essay yang kutulis dengan judul,”How To Love and To be Loved As A Teacher”. Ahaaaa…lagi-lagi bermain kata membawaku pada dunia lain yang biasanya cuma ada dalam anganku.
Menjalani hari-hari sebagai guru di Negara Singa nyatanya menyenangkan. Kemampuan adaptasi bahasaku cukup membuat setiap orang asing yang bertemu bertanya,” are you really Indonesian?”. Yang tentu saja kujawab dengan bangga,”yes I am”, sambil mendongakkan kepala dan membusungkan dada, gini-gini juga Titie putri Ibu Pertiwi yang bangga dengan nasionalismenya, jadi jangan remehkan Aku guys hanya karena saat itu presiden RI adalah Megawati Sukarno Putri yang kata mereka,”really…?, your president cant speak English you know”. Aaaah…itu sih urusan sang presiden, yang penting Aku tidak kalah dari kalian mister, begitu kataku saat itu.
Mengajar saja membuatku jenuh hingga aku mencari link-link pertemanan yang menumbuhkan jiwa. Salah seorang teman yang kukenal lewat pengajian di masjid Sooltan, memberiku informasi tentang adanya program beasiswa di salah satu perguruan tinggi ngetop di Negeri Jiran itu. Mulailah aku berburu informasi dan mencari peluang untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Terlebih lagi ternyata jurusan yang dibuka adalah Akupunktur, wuiiiiih…serasa dejavu, dulu sekali saat sakit batu ginjalku sembuh lewat terapi akupunktur, Aku pernah tanya pada shinse yang juga papanya temanku, “Om, belajar akupunktur susah ya? Dimana belajarnya?, Titie mau dong Om belajar itu”.
Dengan senyum bijak khas seorang shinse, beliau menjawab,”Titie serius mau? Tapi adanya yang bagus dan dekat saat ini di Singapura”.
“Yaaah nggak jadi deh Om, jauuuuuh lagian mana bapak punya uang buat nyekolahin jauh-jauh”, jawabku lemas dan dalam hati mematahkan harapan yang sempat tumbuh.
“Kalau Titie mau, bawa selalu dalam do’a, Tuhan tahu caranya membuat Titie sampai kesana, tapi ingat jangan pernah putus asa”, nasihatnya sambil menepuk bahuku lembut menyemangati. Sejak hari itu, keinginan itu terus tertanam dialam bawah sadarku dan selaksai do’a kulantun agar Aku punya kesempatan meraih mimpi itu. Dan ketika surat pengumuman seleksi penerimaan mahasiswa akupunktur kuterima, perlahan kubuka amplopnya, dengan bibir bergetar mengucap basmallah…daaaaann…taraaaaaaa…alhamdulillah…Allahu Akbar…Aku tersungkur dalam sujud beriring gerimis tangis, Aku diterima dengan program beasiswa lima puluh persen. Subhanallah…do’aku, impianku perlahan tunasnya tumbuh, berbunga meski masih kuncup dan malu-malu.
Aku mengadu dalam tangis syukur pada Dia Yang Maha Berkehendak. Membisikkan do’a dan terima kasih untuk almarhum ayah yang ternyata penglihatannya tidak salah bahwa putri kecilnya beranjak dewasa dan memang bisa menjadi seorang dokter, meski jalur yang kutempuh adalah kedokteran timur bukan medis barat.
Seiring waktu, Aku menikah di usia tiga puluh empat tahun pada tahun 2004 dan atas kesepakatan dengan almarhum suamiku juga dengan sedikit modal yang kukumpulkan selama mengajar di Singpaura, Aku mendirikan sebuah klinik yang kami namai Harmony Rumah Sehat Holistic yang mengkhususkan untuk pelayanan rawat inap pada pasien stroke dan kanker yang menjadi spesialisasiku. Suamiku sempat meragukan kemampuanku memanage klinik tersebut, tapi Aku bisa membuktikan bahwa ilmu management yang kudapat di Administrasi Pendidikan bisa kuaplikasikan dalam memanage sebuah klinik. Ilmu keAPanku tidak pernah mati, tidak pernah madesu, karena ilmu cuma sebilah pisau yang bergantung pada penggunanya.
Bergelut dengan banyak pasien membuat seorang Titie semakin punya banyak gagasan, karakter dan setting yang bisa disusun menjadi sebentuk tulisan. Dalam kurun waktu 2004 – 2005 aku menerbitkan beberapa buku dan juga scrapbook meski masih dalam skala lokal daerah. Tumpukan ide bagai pendar pelangi dalam ruang hati dan kepalaku. Kadang berebutan untuk menari-nari bersama diatas keyboard tapi tak jarang pula mereka bersembunyi jauh didalam benak dan membuatku terbengong ria didepan monitor laptop.
Kepergian suami dan satu-satunya putraku tercinta sempat membuatku terpuruk dalam stress berkepanjangan hingga tanganku kaku, lidahku kelu dan gerakku beku. Tak ada yang mampu kulakukan selain membaca, membaca dan membaca untuk mengkatarsiskan duka berlinang airmata. Sampai pada titik lelah mataku mengakomodasi kutemukan satu kalimat yang mencerahkan jiwa, menyentil asa dan mengguyur luka dengan siraman iodin tak cuma setetes dua melainkan mengkuyupkan jiwaku hingga membangunkan sinap-sinap dikepalaku, menggerakkan kembali tanganku dan mengisi penaku dengan tinta baru atas nama kepasrahan jiwa.
Hidup kembali bergeliat untukku. Mengupayakan dan mengantarkan kesembuhan para pasien menjadi sebuah optimalisasi upaya pencarian hikmah dari tumpukan duka yang masih kerap memedih sukma. Menulis menjadi ladang-ladang yang kugarap untuk menanam, menyemaikan dan menabur benih dari setiap lintasan peristiwa bermakna yang ingin kubagikan tak cuma pada mereka yang sama merasai duka tapi juga buat mereka yang harusnya bersiap menerima duka sebagai bagian dari episode perjalanan hidup yang sedang dan akan dilaluinya.
Lihat…tak Cuma Alice yang menemukan wonderland, Aku juga merasakan hidup yang so wonderfull, this is my wonderfull life…Akulah Alice dalam duniaku, bukan cuma dunia khayal, tak cuma dunia alam bawah sadar, tapi juga dunia nyataku yang kubentuk dan kusulap menjadi miniatur wonderfull life lewat blog – blog dan micro blog yang kutulisi. Dunia yang bisa dijelajahi, dihampiri dan disapa oleh banyak orang, banyak teman, sahabat dan saudara yang menumbuhkan jiwa.
Dunia-duniaku begitu indah, nyata yang memaya dan khayalan maya yang menjadi nyata. Aku bisa bermain-main didunia mayaku sebagai Tsabita Adzimatillah dengan tulisan-tulisan religinya lewat www.tsabitaadzimatillah.multiply.com. Kadang aku menjadi Tiara Jingga dengan pernak pernik keseharian yang mellow yellow, sotoy dan always wanna know di www.tiarajingga.blogspot.com. Tentu saja menjadi diriku sendiri sebagai Titie Surya lewat tulisan-tulisanku di www.JinggaPublishingHouse.blogspot.com dan di akun facebook dan twitterku. Sementara didunia nyata, Aku lebih dikenal sebagai sosok seorang terapist yang kadang juga dijuluki tukang jarum J disebabkan pekerjaanku sebagai akupunkturist.
Allah tak selalu memberi apa yang kuminta, tapi sungguh Dia Maha Tahu segala yang kubutuhkan. Jika Aku tak bisa meminta untuk lebih lama merenda cinta dan menjalin kasih dengan belahan jiwaku, lelaki yang menyuntingku sebagai istrinya dan jika pintaku tak dikabulkan untuk berlama-lama menjadi seorang ibu bagi putra semata wayangku, maka Dia tahu yang kubutuhkan, Dia tahu Aku membutuhkan energi lebih banyak yang bisa kuserap kala bersama dengan banyak orang untuk membangun imunitasku, dan sungguh Dia tahu tujuan dihadirkannya diriku diatas dunia ini. Maka inilah yang kubutuhkan, sebuah dunia yang luar biasa…dan inilah duniaku yang luar biasa, this is really my wonderfull life in wonder land full of blessing in disguise.
Jikalah hari masih tersisa dan mentari masih menantiku esok, lusa, dan seterusnya hingga tahun ini berakhir, maka kuharap resolusi 2011 bisa kuwujudkan menjadi nyata dalam duniaku yang sungguh luar biasa. Tanpa terasa April menjelang pertengahan, lima buku yang kutulis spartan dan bersamaan menjadi salah satu resolusi yang harus kuwujudkan. Kenapa harus lima?. Bukankah menulis satu saja sudah kembang kempis dan butuh nafas panjang?. Lima adalah bilangan janji yang kuucapkan disaat almarhum suamiku menghembuskan nafas terakhirnya dengan damai. Lima juga adalah harapan beliau yang sungguh sangat yakin Aku mampu meraihnya. Jika kekasih hati begitu yakin akan kemampuanku mewujudkan semua itu maka mengapa tidak kupacu dan kumotivasi diriku untuk menjadikan semua janji itu nyata. Senyata duniaku yang sekali lagi sungguh sangat luar biasa, setidaknya buat diriku sendiri because my life so wonderfull.
~ Hari ini genap, lima tahun perjalananku didunia maya....masih bayi ternyata :) ~
* Selaksa Syukur dipertiga malam pada Allah SWT, Thanks for this wonderfull life
* Beruntai-untai do'a buat alm ayah, bunda, mas Galih dan Daffa.
* Terima kasih buat teman-teman SPG yang masih mengingatku selalu.
* Dengan seludang cinta dan terima ksih buat kakak2 kelasku di AP angkatan 88 (Mbak Ita & friends), angkatan 87 (Mbak Heti & rekans), angkatan 86 (Mas Kirno & konco2nya), kalian telah menumbuhkan jiwa seorang Titie dan membangunkan rasa percaya dirinya, big hugs for you all
* Buat teman2 mantan aktivis KSPA IKIP Jakarta, miss you all, kalian sahabat yang mengajariku mencintai kehidupan.
* Sahabat-sahabat MPers, Bloggers, facebookers, twitters yang senantiasa berbagi saran, komen dan pendapat atas setiap tulisan2ku yang sederhana, love you all...
0 komentar:
Post a Comment
Untuk mempererat persahabatan, tinggalkan jejakmu di tulisan ini ya sahabat. Terima kasih