A Gift For My Late Husband
Ku letakkan sebuah hadiah buat kekasihku
Di sudut hati dan kuberharap dia mengambilnya
Hadiah yang kubungkus dengan kertas berwarna dari kenangan perjalanan
Kuikat dengan pita indah dari jalinan cinta
Kurekatkan dengan lem kasih yang mengakar erat dihati
Kukirimkan dengan hantaran paket kilat sejumput do'a
Hadiah buat kekasihku adalah
Segenggam kasih...
Seuntai do'a...
Selantun harap...
Selaksa cinta...
Seludang asa...
Yang terbungkus rapi
Dalam kertas berwarna pelangi
Hadiah ini kukirim karena dia
Membuatku bahagia...
Menjadikanku princess di istana hatinya
Memenuhi tamanku dengan bunga-bunga cinta
Mengaliri aortaku dengan kasih yang lembut
Mendegupkan jantungku dengan pendar asa
Mengisi dadaku dengan nafas dari sukmanya
Meski hadirnya kini cuma kurasa dalam bait-bait do'a
Datanglah kasih meski cuma dalam mimpi...
Ambillah hadiah yang kukirimkan untukmu
Cuma sebuah, tapi bukalah...
Karena isinya adalah selengkung semesta cinta
Yang tak bisa kuungkap dengan kata
-----------------------------------------------------------------------------------
The Angel Man
Lelaki berhati malaikat
Adalah dirimu sang penyelamat
Yang membawaku merenungi sebuah hakekat
Bahwa keabadian cuma ada di akhirat
Lelaki berhati malaikat
Adalah dirimu yang memberiku peran hebat
Menjadi istri saat duka menjadikanku sekarat
Memberiku istana hingga aku tak sempat meratap berlarat
Lelaki berhati malaikat adalah lelakiku
Apa khabarmu diketinggian abadi nan jauh?
Cinta yang pernah kau beri masih disitu
Tak hendak kugantikan dengan lelaki manapun
Karena cuma satu tempat untuk lelaki dihatiku
Dan telah kau isi dengan ketulusan cintamu
Apa khabar malaikatku?
Semoga cinta Illahi merengkuhmu syahdu
Menidurkanmu dalam cumbu bidadari ayu
Bahagialah dengan buah yang kau petik slalu
Dari benih ketulusan yang kau semai pada duniamu
Lelaki berhati malaikat
Semoga larikan doa kecilku kau jemput
Dan kau hiaskan dirumah surgamu yang patut
Karena sungguh...kau adalah jelmaan malaikat
Yang diturunkan untuk mengisi jiwa pekat
Seorang perempuan yang kau jadikan ratu dihatimu tanpa sekat
Titip rinduku buatnya wahai para malaikat
-----------------------------------------------------------------------------------
Menyusuri Jejak Malaikat Pembawa Cinta
Malaikat yang menggenggam sejumput cinta
Darimanakah ia datang? menyelusup jauh
Meletakkan tiap jumputan cinta
Disetiap ruang yang tak terjamah
Malaikat yang dipagi buta mengantarkan rindu
Darimanakah dia masuk?? mematahkan kunci-kunci
Menghantarkan bulir-bulir rindu berselimut wangi pagi
Malaikat yang tengah malam meniupkan saluang
Menitipkan cinta pada rembulan untuk diselimutkan
Pada gigil tubuh yang membiru rindu
Kemanakah dia pergi?? membawa setengah bagian hati
Malaikat yang melambaikan kasih
Pada tiap geraian harum jejaknya
Aku mencarimu di padang-padang ilalang
Ditabir pekat malam bersama rembulan
Dipagi dingin pada gigil subuh menanti fajar
Dikepak laron yang meninggalkan lampu
Aku berlari menyusuri jejakmu
Hingga lelah menyentak sadarku
Mengait langkah kakiku
Pada pendulum matamu
Malaikat yang menyalakan api cinta dan gairah
Ternyata kau melayang dari ketinggian awan
Menjejakkan kakimu dibumi, di belahan hati yang sendiri
Disini, disudut sepi, tempat seorang perempuan menyendiri
Memahkotai hatinya dengan cinta putih
Menanti saat jumpanya dengan kekasih hati.
-----------------------------------------------------------------------------------
Naskah Sang Sutrada
Kau sungkurkan aku dalam keterpurukan yang memerih
Kau jatuhkan aku dalam lembah duka penuh duri
Kau hempaskan aku pada ngarai cadas tak terpeduli
Kau buat aku bertanya
Sampai suaraku menyerupai gaung
Kau buat aku menjerit
Gemanya terpantul didinding ratapan
Kau buat aku menangis
Jejaknya kering disudut mata
Tuhaaaaannnn...aku mengiba
Mengetuk ArasyMu dengan jemari lirih
Tuhaaaaannnn...aku merintih
menyerahkan segenap pilu ditanganMu
Tuhaaannnnn...aku letih
Dalam duka yang selalu menyisip
Perlahan Kau rengkuh aku
Kau bawa aku berjalan memaknai taman duka
Taman duka yang tak kasat mata
Perlahan Kau peluk aku mesra
Kau cumbu aku dengan kasihMu
Hingga cuping hidungku membaui taman surgaMu
Telingaku mendengar dendang nafiri dari langitMu
Mataku terbelalak saksikan kebesaranMu
Dalam duka yang Kau buat aku Melanglang takdir
Hingga aku bisa membaca yang tak kasat mata
Episode ke episode yang Kau tulis
Untuk kujalani dalam peran yang Kau beri
Karena Engkaulah Sang Sutradara....
-----------------------------------------------------------------------------------
Kelana Kembara
Aku cuma seorang pengembara yang tersangkut di ceruk bumi. Yang tangannya menggapai mencari sebatang dahan untuk berpegangan. Yang kakinya tersaruk melangkah mencari pijakan. Aku terkapar di daratan asing yang semula cuma kudengar namanya lewat khabar angin.
Disini aku dengan sengal nafas yang tersisa. Coba membangun tempat berteduh dengan material seadanya. Mungkin rapuh, tapi mampu melindungi ringkih tubuhku dari sengat mentari dan tumpahan hujan. Menahan hembus angin agar tak menerbangkanku ke belahan daratan lain yang entah serupa apa.
Aku adalah sang kelana dengan seonggok harap dalam sekepal tangan. Menatih langkah, memunguti satu persatu serakan yang bertebar. Berharap serpihan kan menjadi utuh, agar kelak berwujud jasad purna. Agar kelak kematian tak menjadi sia-sia. Meski entah kematian kan menemuiku di sudut mana. Meski entah duka berwajah apa atau entah adakah airmata tertumpah untuk seonggok jasad kelana jika kematian menjemputnya.
Aku kelana yang mengembara dari ceruk ke lembah ke dataran dan kebelahan bumi yang semula belum kudengar namanya, demi damai jiwa yang harganya semakin membumbung dan tanganku terus menggapai mencoba meraihnya.
*Kala Malaikat hadir disetiap sakitku, kusisipkan harap untuk sebuah jumpa dengan belahan jiwa dikeabadian. Episode sakit dan istirahat Sabtu - Selasa, 9 - 12 April 2011
0 komentar:
Post a Comment
Untuk mempererat persahabatan, tinggalkan jejakmu di tulisan ini ya sahabat. Terima kasih