Aku nyaris terkekeh ketika ada teman yang berkata,"sepertinya kamu tidak pernah sedih, marah, selalu mood selalu ceria, pe de abis dan gak pernah males". Hehehhehe...siapa bilang...?? Saya kan juga manusia sama seperti kalian, jadi semua perasaan itu tentu saja saya juga punya.Saya pernah berada dalam level depresi bahkan ketika kematian demi kematian menyapa jiwa-jiwa yang Saya cintai. Distress yang saya alami selama enam bulan setelah kepergian putra tercinta cukup menenggelamkan akal sehatku kekedalaman yang tak terjangkau mata.
Perhari ini pun tentu saja Saya masih berkutat dengan masalah-masalah yang pasti setia menyapa setiap manusia dengan segala pernik kehidupannya. Cuma masalahnya, pelajaran yang saya petik dari bergulat dengan depresi panjang yang cukup melelahkan, mengembalikan kesadaran Saya sehingga sejak hari itu tidak pernah membiarkan masalah-masalah yang memicu stress lebih dari 1 hari 1 malam bercokol dalam hati, jiwa dan pikiran. Karena saya tahu dalam tubuh setiap kita ada hormon kortisol yang siap merajalela menjadi penyakit karena dipicu oleh perasaan-perasan negatif yang kita "pelihara" lebih lama dalam diri kita.
Jika hormon kortisol sudah merajalela maka penyakit ringan sekalipun semisal flu jadi terasa berat. Itu sebabnya saya berusaha memanage masalah-masalah dengan "sehat" dalam arti tidak membiarkan diri saya terkurung masalah yang pada akhirnya jadi tercermin dalam sikap kita yang mudah marah, sedih, males, tidak pe de, dan sederet kata lain yang mewakili kata tidak mood. Dengan menjadikan diri kita bukan sebagai lahan empuk berkembang biaknya hormon kortisol yang disebabkan karena stress berkepanjangan, maka kita sudah membuat diri kita selalu IN THE GOOD MOOD.
Namun galibnya manusia, tidak mudah mengenyahkan tumpukan masalah yang membuat kita terbenam dalam kondisi stress. Bagaimana mengatasinya?. Tentu saja yang pertama dan utama jangan pernah menjauh dari Tuhan, Allah SWT. Hanya Dia yang mampu memberi kita kekuatan disetiap gelombang dan badai yang datang menerpa.
Selanjutnya, berkatarsislah, buanglah semua emosi jiwa agar hati menjadi lega. Banyak cara untuk berkatarsis, bisa menangis saat kita mengadu pada Sang Empunya hidup diwaktu sholat. Bisa menangis sambil menuliskan segala apa yang kita rasakan seperti yang baru saja saya lakukan saat rindu menabuh jiwa. Atau sebagian orang melalui proses katarsisnya dengan pergi ke laut, berteriak dan menangis. Semua cara itu sah-sah saja asal tangisan dan teriakan bukan menjadi pengabsahan diri untuk trus larut dalam masalah. Biarkan setiap butir airmata yang tertumpah menyuburkan lahan kesabaran dan teriakan-teriakan itu menjadi penguat hati.
Setelah semua emosi jiwa terbuang, siap-siaplah untuk merasakan kelegaan yang luar biasa hingga seulas senyum terbentuk dibibir dan merembes kelubuk hati. Dengan kata lain sekali lagi kalau mau selalu dalam mood yang baik...jauhi stress agar si kortisol tidak berani menyerang kita. Karena "Dalam jiwa yang sehat selalu ada tubuh yang sehat"
*Say No To Stress...step away from my life, @Titie, 29 Maret 2011, menjelang ashar
1 komentar:
Thanks for the article :)
Post a Comment
Untuk mempererat persahabatan, tinggalkan jejakmu di tulisan ini ya sahabat. Terima kasih