Kulemparkan tas sekolah penuh semangat hingga mengenai sebuah vas bunga.
Derasnya hujan tak mampu menyamarkan suara benda itu berderai, pecah. Rumah begitu sunyi Kuhentakkan kaki. Marah. Segera masuk kamar dan mengganti seragamku. Lunglai berjalan ke meja makan. Perutku sudah keroncongan tapi mendadak nafsu makanku hilang. Seseorang menepuk pundakku.
"Hai! Nglamun aja! ayo makan, aku juga lapar nih. Ibumu masak apa hari ini?"
"Tuw lihat aja sendiri," ujarku sambil menunjuk meja makan dengan mataku. Melihatnya menyerbu makanan dengan lahap, selera makanku terbit lagi.
Derasnya hujan tak mampu menyamarkan suara benda itu berderai, pecah. Rumah begitu sunyi Kuhentakkan kaki. Marah. Segera masuk kamar dan mengganti seragamku. Lunglai berjalan ke meja makan. Perutku sudah keroncongan tapi mendadak nafsu makanku hilang. Seseorang menepuk pundakku.
"Hai! Nglamun aja! ayo makan, aku juga lapar nih. Ibumu masak apa hari ini?"
"Tuw lihat aja sendiri," ujarku sambil menunjuk meja makan dengan mataku. Melihatnya menyerbu makanan dengan lahap, selera makanku terbit lagi.
Segera kuambil sepiring nasi yang kubanjiri dengan sayur asem dilengkapi tempe goreng, ikan asin dan sambal.
"Mas, ada kerjaan part time nggak untukku? Sekolahku libur dua minggu. Bosen di rumah. Mama sibuk sendiri." Aku bertanya padanya yang masih melahap sisa makanan di piring.
"Ada, tapi diijinin nggak sama mamamu?" Dia balik bertanya padaku.
"Ah masa bodoh! Mana mama peduli aku sekolah atau nggak. Dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Lagian aku sudah SMA bukan anak kecil lagi," ucapku sebal.
"Oke lah, besok siang tunggu aku di ujung jalan dekat warung kopi Cak Nan."
"Sip!"
"Renaaa, pinjemin payung buat tamu ibu!" Tiba-tiba teriakan mama membuyarkan percakapan kami.
"Mas, ambilin tuw payungnya! Males aku ...," perintahku padanya.
Bergegas dia mengambil payung dan menyerahkannya pada sang tamu.
"Loh, Booos! Eh kebetulan, saya dapat karyawan baru. Tuw orangnya. Cantik kan?"
Kudengar Dia bercakap dengan sang tamu dan sekilas kulihat matanya mengerling padaku. Segera kuhampiri dia, dan ... plaaak! Kutampar wajahnya.
"Jadi maksudmu, pekerjaan untukku adalah menjadi perek bagi germo tua ini?! Mamaku memang pelacur! Tapi jangan kau pikir aku akan menjual tubuhku. Tak selamanya air cucuran atap jatuh ke pelimbahan! Bangsat!" Kutinggalkan dua lelaki itu termangu. Sepupu yang kusayangi ternyata makelar PSK.
"Mas, ada kerjaan part time nggak untukku? Sekolahku libur dua minggu. Bosen di rumah. Mama sibuk sendiri." Aku bertanya padanya yang masih melahap sisa makanan di piring.
"Ada, tapi diijinin nggak sama mamamu?" Dia balik bertanya padaku.
"Ah masa bodoh! Mana mama peduli aku sekolah atau nggak. Dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Lagian aku sudah SMA bukan anak kecil lagi," ucapku sebal.
"Oke lah, besok siang tunggu aku di ujung jalan dekat warung kopi Cak Nan."
"Sip!"
"Renaaa, pinjemin payung buat tamu ibu!" Tiba-tiba teriakan mama membuyarkan percakapan kami.
"Mas, ambilin tuw payungnya! Males aku ...," perintahku padanya.
Bergegas dia mengambil payung dan menyerahkannya pada sang tamu.
"Loh, Booos! Eh kebetulan, saya dapat karyawan baru. Tuw orangnya. Cantik kan?"
Kudengar Dia bercakap dengan sang tamu dan sekilas kulihat matanya mengerling padaku. Segera kuhampiri dia, dan ... plaaak! Kutampar wajahnya.
"Jadi maksudmu, pekerjaan untukku adalah menjadi perek bagi germo tua ini?! Mamaku memang pelacur! Tapi jangan kau pikir aku akan menjual tubuhku. Tak selamanya air cucuran atap jatuh ke pelimbahan! Bangsat!" Kutinggalkan dua lelaki itu termangu. Sepupu yang kusayangi ternyata makelar PSK.
7:50 AM
Titie Surya

Posted in:
8 komentar:
nice story bunda,
mantap ibu titi ini..tetepa kreatif dan produktif
terima kasih sudah berkunjung ke blog saya
jangan lupa juga ikuti event Pasang Peta Berhadiahnya ya
salam bahagia
Hai Adang ... aku nggak bisa follow blogmu, kenapa ya? kolom follownya di mana sih? Apa perlu bawa peta untuk bisa nemuin kolom follownya? :)
Enaaaak banget alur ceritanya, walaupun singkat tapi terasa
Tq ya kiriman ceratanya, aq ga akan bosan untuk membaca tulisan-tulisanmu
Teruslah berkarya, goodluck
Itu memang ciri khas Fiksi Mini, kak Bahria. Singkat tapi nendang :)
Suka!
Thanks mbak Wahyu :)
Post a Comment
Untuk mempererat persahabatan, tinggalkan jejakmu di tulisan ini ya sahabat. Terima kasih