Sunday, June 24, 2012

Lomba Menggambar

Saras menatap topi caping di hadapannya. Di sampingnya teronggok peralatan menggambar. Kertas, cat air, kuas, palet, penghapus dan pinsil. Ditatapnya topi caping dan semua peralatannya berkali-kali. Wajahnya nampak bingung, tak tahu harus melakukan apa.

"Saras, kenapa bengong?" tanyaku sambil mengusap lembut kepalanya. Konon mengusap kepala seorang anak dapat membuat kegundahan lenyap dari dirinya. Begitu kata almarhum ibuku, dulu.

"Kak, Saras harus nggambar apa di topi ini?" Pertanyaan lugu yang membuatku tersenyum.

"Temanya kan menggambar tentang lingkungan di topi itu. Jadi Saras bisa menggambar apa saja yang menceritakan tentang lingkunganmu," ujarku sambil duduk di hadapannya.

"Masa Saras harus nggambar lingkungan pedesaan lagi, Kak? Gunung dua, matahari di tengahnya, sawah dan jalan desa, aaah boseeen ...,"keluhnya.

"Kalau gitu Saras gambar saja suasana di Jalan Basuki Rahmat. Ada toko buku Gramedia, ada Mc Donald, ada Tunjungan Plaza dan tentu juga suasana lalu lintas di jalan rayanya," usulku.

Saras menatapku. Keningnya berkerut-kerut kian bingung. Tatap matanya perlahan sendu dan menangis. Tentu saja aku terkejut.

"Kak, Saras belum pernah ke sana. Gimana bisa Saras menggambar suasana tempat itu?" Saras berkata lirih sambil menundukkan kepalanya dalam. 

"Kata Ibu, anak-anak seperti Saras, jangan mbayangin macem-macem. Jangan mikir yang macem-macem. Jangan mau yang neko-neko. Untuk sekolah saja sebenarnya Saras malu, Kak." Lanjut Saras kian dalam menunduk dan kian deras airmatanya mengalir.

Aku terpana. Ya Tuhan, maafkan aku yang tak peka akan kondisi Saras yang baru kelas 6 SD ini. Padahal dia salah satu anak yang mengikuti kegiatan belajar di tempat ini. Di mana aku mengajar.

"Kak, satu-satunya lingkungan yang Saras tahu ya di sini. Tapi Saras nggak mau menggambar wisma-wisma, tempat karaokean dan lelaki-lelaki yang selalu datang ke kamar Ibu." Saras memelukku melabuhkan tangis yang kian keras isaknya.

"Sudah yuuk, Saras jalan-salan sama Kakak. Kita lihat suasana di Jalan Basuki Rahmat. Saras pasti bisa!" aku berusaha menyuntikkan motivasi padanya dengan suara yang nyaris tercekat di tenggorokanku.

"Bener, Kak?!" Tanyanya sambil mencari kesungguhan di mataku.

Aku mengangguk sambil menghapus airmata di pipinya dengan kedua tanganku. Saras berteriak senang dan segera berlari ke kamar untuk ganti pakaian dan bersiap jalan-jalan denganku.

Jalan Basuki Rahmat memang cuma limabelas menit dari lokalisasi Dolly. Tapi buat Saras yang anak seorang PSK, adalah sebuah kemewahan yang sulit dijangkaunya. Setiap rupiah yang harus dikeluarkannya untuk suatu hal, berarti hasil dari lendir dua kelamin yang disuling ratusan kali. Menjijikan, begitu kata Saras. Lalu kata apalagi yang bisa kuucapkan?

*Terinspirasi dari anak-anak TBM Kawan Kami, Dolly. 24 Juni 2012






10 komentar:

Budhi Insan said...

oh kasian saras.., terkungkung di lingkungan yg sulit untuk digambarkan...

btw saya berkunjung sambil belajar. mbak Titie..

Titie Surya said...

Terima kasih kunjungannya mas Insan. Mari belajar bersama.

Unknown said...

saras dan banyak anak lain di sana. semoga mereka bisa menjadi matahari bagi lingkungannya kelak ... :)

Titie Surya said...

Ridwan, jika mereka adalah benang basah, maka kitalah yang harus jadi penopangnya. Agar kelak mereka kokoh dan menjadi benang gelasan yang akan mampu menerbangkan layang-layang harapan :)

Unknown said...

banyak orang2 di sekitar kita yg msh membutuhkan perhatian ya mbak
salam kenal dari semarang

Lidya Fitrian said...

saya sudah lama sekali tidak pernah ke surabaya mbak. Thanks sudah mampir ke blog saya ya mbak titi salam kenal. oh ya memang sengaja gak saya pasang follownya :)

Titie Surya said...

@Esti Sulistyawan, salam kenal kembali :)

Titie Surya said...

Hai mbak Lidya ... terima kaih kunjungan baliknya. Salam kenal kembali :)

Anna AQyuan said...

Innalillah... kasian Saras...
Anak-anak seperti itu hanya korban dari "kisah" semoga permasalahan mengenai adanya "pelayanan" seperti itu segera terselesaikan.. Aamiin

Titie Surya said...

Terima kasih kunjungannya Anna. Semoga ya, itu ahrapan kita semua.

Post a Comment

Untuk mempererat persahabatan, tinggalkan jejakmu di tulisan ini ya sahabat. Terima kasih

Followers

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | 100 Web Hosting