Sehari cukup buatku merenungkan segala amarah jiwa. Diskusi dengan sahabat-sahabatku, cukup buatku merekontruksi isi kepala menjadi lapisan bening, transparan dalam segala bentuknya dilihat dari berbagai sudut pandang. Idealisme adalah sebuah hal yang mutlak kita canangkan dalam segala sisi kehidupan, meski demikian tak harus membuat kita kehilangan hati nurani.
Merubah sebuah sistem, tidak bisa kita lakukan dengan berdiri di pinggir lapangan atau dalam bahasa kerennya "colong glanggang tinggal mlayu". Sebuah perubahan harus diupayakan dengan menjadi pemain dalam satu arena, sebuah proses dalam usaha itulah yang jadi nilai kita dimata Sang Pencipta. Karena setiap kita cuma diwajibkan berproses dalam melakukan perubahan, soal hasil, selebihnya adalah hak Sang Penguasa hati setiap manusia buat merubahnya.
Berkaca dari filosofi itu, maka benar kata sahabatku, bahwa tak harus aku beroposisi dengan segala tulisanku, melainkan terus menulis, menulis dan menulis hingga merebut hati banyak orang buat mencintai tulisan-tulisanku. Maka itulah sebuah upaya perubahan, sebuah proses merekontruksi sebuah idealisme, menjadikan setiap tulisan mengendap dalam benak banyak orang menjadi letupan ide yang signifikan buat merubah paling tidak merubah cara pandang mereka yang membaca. Karena tulisan adalah bagian dari revolusi perubahan. Tulisan mampu membangun sebuah image dan pada akhirnya membuat orang tergugah untuk berubah. Tulisan adalah sebutir mortar yang siap meledak dihati para pembacanya.
Sebuah tantangan yang tidak mudah, tapi bukan berarti tidak bisa diupayakan. Karena bagaimanapun setiap kita terlahir dengan setumpuk kemampuan dan gagasan yang bermain dan berputa-putar dalam ruang benak yang siap diolah, dibentuk dan diledakkan from zero to hero, from nothing to be something.
Menulis seperti juga halnya membaca adalah titah yang juga telah diterima oleh Muhammad Sang Rasul Saw. Titah yang jelas nyata merubah dunia menjadi beradab meski proses perubahan itu sendiri lebih panjang dari panjangnya usia kehidupan kita.
Maka, "bacalah...bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan... yang telah mengajarkan manusia dengan kalam..."(QS. Al-Alaq). Membaca adalah sebuah kegiatan yang mengikuti
sebuah penulisan. Menulis adalah mengikat makna dengan kalam(pena) untuk menyuarakan kebenaran. Meskipun kebenaran itu kadang cuma terdengar seperti gema dalam sebuah gua. Namun kebenaran tetaplah kebenaran meski berselimut kabut atau diberangus atas nama idealisme yang tak sejalan. Kebenaran tetaplah kebenaran meski harus ditelan sebagai pil pahit pengobat jiwa. Pahit sekalipun, kebenaran haruslah tetap diupayakan untuk disuarakan lewat tulisan.
Buat sahabat-sahabatku, terima kasih atas pencerahan yang kalian berikan lewat dialog-dialog panjang yang menyita waktu istirahat kalian. Percayalah, penaku takkan pernah kering. Karena aku tahu secuil kemampuan yang diberikan oleh Rabb ku padaku, adalah sebuah amanat besar yang disampirkan dibahuku untuk dibagikan pada dunia. Dunia apapun yang mampu kusentuh lewat larik-larik penaku.
1 komentar:
jadi motivasi nih buat gw,,, mantap gan,,,,thank's yaaa
Post a Comment
Untuk mempererat persahabatan, tinggalkan jejakmu di tulisan ini ya sahabat. Terima kasih