Friday, January 13, 2012

12012012

Kumulai pagiku pada indahnya barisan angka 12012012 dengan berbait-bait doa pagi yang kutitipkan pada malaikat penjaga hari. Mungkin lebih tepatnya kubagi tiga "surat pengaduan"ku padaNya, Sang Khalik.

Pertama, kusampaikan padaNya jutaan syukurku yang kutahu lebih sedikit dari nikmat yang begitu indah kucecap dalam setahun kemarin. Kuberikan juga pujian bagiNya yang telah demikian indah memberi skenario dalam hidup yang kujalani tiap kali usia berbilang tahun. Meski kadang tak semua skenario itu kusuka. Tapi baiklah, sebagai pemain, aku harus rela memainkan peran apapun yang dimaui oleh Sang Sutradara.

Kedua, aku mengajukan sebuah "proposal" padaNya berisi permintaan buat kesehatan, rizki dan kemudahan dalam hidupku setahun dan bertahun-tahun ke depan. (Maaf ya Rabb, jika permintaanku, kurapel untuk beberapa tahun ke depan. Kuyakin Kau pasti paham, kalau kadang aku pelupa sebagai manusia). Mumpung pagi ini aku ingat, kusampaikan semuanya saja. Tentu saja aku juga meminta sisian hati terpercaya dari sisiNya, karena aku masih yakin Dia Maha Segalanya. Dengan sekali menjentikkan jari, Dia mampu mengirimkan lelaki berhati malaikat bagiku (meski aku bukan lagi ABG, tapi Kau pasti tahu ya Rabb, cinta milik segala manusia).

Ketiga, tak henti aku menyapa jiwa-jiwa yang hadir dalam hidupku, dekat maupun jauh. Nampak ataupun tidak. Kusapa mereka dalam doa pagiku, berharap segala keberkahan dan kemudahan terlimpah bagi siapa saja yang kukenal dan mengenalku, bahkan juga bagi mereka yang tak kukenal sama sekali. Aku tahu, disadari atau tidak, kemudahan dan kebahagiaan yang kurasakan adalah juga karena doa salah satu diantara mereka yang berharap kebaikan buatku.

Setelahnya aku beranjak. Memasuki dunia maya yang menjadi rumah kedua bagi jiwaku. Aku terperangah takjub.... Andaikan semua itu terjadi di dunia nyata, tak bisa kubayangkan bagaimana lelahnya pak pos mengantarkan ratusan ucapan selamat bagiku dari belahan dunia yang berbeda. Segala sapa, doa dan ucapan selamat, membuat mataku basah, hatiku kuyup dalam kebahagiaan yang tak bisa kuungkap dengan kata. Ingin rasanya lengan ini memanjang dan memeluk semuanya, teman, sahabat, saudara dan kerabat yang kutemukan dalam maya yang nyata. Aku tergugu dalam tangis syukur dan bahagia yang penuh.

12012012 betul-betul istimewa buatku. AKu yang sendiri, sebatang kara di tanah rantau, mendadak memiliki sebuah keluarga besar yang luar biasa. Keluarga yang bahkan baru sebagian kecilnya yang kukenal lewat beberapa kali perjumpaan. Tuhan, tak layak lagi aku menengok jejak langkah di belakang yang penuh luka. Ijinkan kutinggalkan ia menjadi sebentuk kenangan dan pelajaran untuk langkahku ke depan. Biarkan aku larut dalam pusaran takdir yang Kau gariskan bagiku setahun ke depan.

Jalan titian penuh petir, badai, duri dan hujan airmata yang Kau gariskan untuk kujalani, telah bisa kulewati meski tubuhku compang camping menujuMu. Tapi percayalah, jiwaku kembali utuh setelah berkali-kali tersaruk dan terperangkap dalam ceruk yang dalam. Bukankah telah Kau raih tanganku saat aku menggapai-gapai berharap pertolonganMu? Tak cuma sekedar Kau raih lunglaiku, tapi sekaligus Kau bawa aku menyusuri lorong-lorong gelap yang lebih pekat dari labirin yang Kau berikan padaku. Aku tahu, itulah modul yang Kau berikan di kelas kehidupan buatku. Tak cuma itu, Kau berikan aku obat penawar rasa sakit, lewat program sufi healing, pada kelas meditasi di mana aku berdialog dengan mu lewat cumbuan-cumbuan mesra yang kadang kuselingi dengan interupsi, tangis dan ratapan di pertiga malam.

***

Hari ini, sehari setelah 12012012, ada tawa tergelak memenuhi dinding-dinding hati. Lewat siang yang indah bertukar cakap ditemani segelas coffee latte, hot chocolate dan mocacino late. Ada sebuah misteri yang harus kupecahkan. Sekali lagi, aku harus menggunakan segenap indra untuk membaca pertanda yang sinyal-sinyalnya diuraikan oleh dua orang sahabat. Tuhan, jika memang kunci itu Kau berikan padanya, aku percaya dia akan mampu menemukan jalan menuju pintu yang harus dibukanya. Jadi, biarkan aku mengalir bersama sungai takdirMu sambil merapal macapat, kidung penyejuk jiwa.

***

Beranjak memulai resolusi dari 12012012, aku tahu, ada energi yang harus senantiasa diperbarui lewat charger halus berserat optik maya, sebenar-benarnya maya pada jalur khusus antara aku dan Dia. Aku juga tahu, ada begitu banyak rahasia yang harus kusibak menuju cintaNya. Di atas semua itu, satu hal aku kian tahu, hasil belajarku tahun kemarin, harus bisa kubagikan pada mereka dalam bentuk sebuah karya nyata.

Terima kasih ya Rabb, Tuhanku Yang Maha Baik. Biarkan aku terus menghirup udara cintamu, agar menyublim menjadi nafas panjang buatku meniti esok hingga ku tiba dalam pelukanMu, kelak, saat segala bekal telah cukup kupersembahkan padaMu, sebagai bukti cinta.

4 komentar:

Ratih Soe said...

kontemplasi yg puitis... *kunyah gambar jambu*

Titie Surya said...

Thanks Ratih Soe, btw di mana ada gambar jambunya? hehehehe

Unknown said...

bunda, terharu baca ini ...., amin buat semua doa bunda.... :)

Titie Surya said...

Amiiiin... terima kasih Ridwan. Semoga kamu juga semakin rajin menulis :)

Post a Comment

Untuk mempererat persahabatan, tinggalkan jejakmu di tulisan ini ya sahabat. Terima kasih

Followers

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | 100 Web Hosting