Wednesday, May 2, 2012

Disebabkan Karena Cinta, Aku Cinta

Jika ada di antara kalian beranggapan bahwa menjadi seorang pemimpin adalah anugerah, maka buatku hal itu adalah sebuah amanah yang bisa jadi musibah manakala tak mampu dilakukan dengan baik. Sebisa mungkin kuupayakan untuk menjalankan sebuah amanah agar tidak lepas dari rel yang telah digariskan.

Bermula sejak ditunjuknya aku sebagai kordinator wilayah Jawa Timur bagi Yayasan CENDOL (CErita Nulis Diskusi OnLine) Universal Nikko pada tanggal 21 Mei 2011, di Taman Prestasi, Surabaya, yang juga dihadiri oleh Kak Donatus A.Nugroho sebagai ketua yayasan, mas Adnan Bukhori yang menjadi penasehat BONEKTIM (BOndo ceNdol EKsklusif jawa TIMur) dan suhu keren mas Gol A Gong. Sejak hari itu, hari-hariku adalah sebuah rancangan rencana dan aplikasi nyata yang kulakukan buat grup penulis yang juga kuanggap sebagai sekolah.

Tak mudah mengatur dan mengendalikan sebuah organisasi dengan isi ratusan orang. Ada saat aku tertawa, ada pula waktu aku harus cemberut bahkan menangis jika tak mampu berbuat apa-apa. Tapi tak sedikit intrik yang berusaha memecah belah organisasi yang berusaha kujalankan sepenuh hati.

Ibarat seorang bunda bersikap terhadap anaknya, demikianlah aku mengasuh "sang anak" bernama BONEKTIM. Adakalanya aku bersikap tegas, tapi tak sedikit aku berlemah lembut pada anak-anak dalam asuhanku. Jika ada yang "sakit" di dalamnya, sebagai seorang praktisi kesehatan, aku bertindak layaknya paramedis menghadapi sebuah serangan virus. Sang virus akan kukarantina sambil terus memberikan suntikan imunisasi pada anak-anak lainnya agar daya tahan tubuhnya lebih kebal dari serangan virus yang bisa menghancurkan kebersamaan yang utuh.

Sebagai seorang manusia, ada kalanya aku merasa letih menghadapi intrik demi intrik yang dilakukan secara bodoh dengan pemutar balikan kata dan fakta dari orang yang di hatinya selalu bersemayam iri dan dengki yang tak cuma padaku, tapi pada banyak orang. Tapi biarlah kuperlakukan ia sebagai sebuah virus yang memang layak dikarantina. Setelahnya, aku akan bersikap masa bodoh. Toh selalu seperti yang disampaikan oleh almarhum ayahku,"Sing becik ketitik, sing olo ketoro."

Setelah melewati banyak hal, rintangan yang tak sedikit dan emosi jiwa yang kerap melelahkan, perlahan BONEKTIM mengepakkan sayapnya dan kian memperluas jangkauannya. Lewat event-event yang melibatkan para anggotanya, sebuah kepercayaan diberikan pada kami untuk tampil di pentas megah Atrium Grand City Mall.

Mulai dari Pentas Teater, Tsunami Sastra hingga Bedah dan Launching buku, berjalan di atas panggung dengan latar backdrop Festival Kartini. Tak mudah menyatukan banyak kepala dari BONEKTIM, adek-adek Teater Al Coiris dari SMA Negeri 7 dan adek-adek dari TBM Kawan Kami dalam kolaborasi teater bertema "Mom Please Dont Die" Tapi tak ada yang tak mungkin. Alhamdulillah semua berjalan dengan baik pada hari Jum'at 20 April 2012.





Acara berlanjut pada hari Sabtu, 21 April dengan pembacaan puisi, mendongeng, pembacaan cerpen, bedah buku, launching buku dan talkshow dengan menghadirkan ketua Yayasan CENDOL Universal Nikko. Senang rasanya melihat teman-teman di BONEKTIM satu persatu maju ke atas pentas, membawa banner berisi karya mereka.





Selanjutnya, Minggu, 22 April 2012, dengan dimoderatori oleh Mbak Evie,  aku dan mas Donatus membedah buku 3 in 1 Aku, Bidadari dan Sastra karya pak Ananto Sidohutomo sekaligus launching buku tersebut yang ke tujuh kalinya.







Perlahan BONEKTIM berkibar dan diperhitungkan dalam ranah budaya dan sastra. Undangan dan kesempatan demi kesempatan kian terbuka untuk kami. Mungkin apa yang kulakukan bersama BONEKTIM masih dalam skala kecil. Bahkan kutahu ada yang mencibir, merendahkan dan menyepelekan. Tapi sekali lagi biarlah, bukankah bicara itu memang mudah? tanpa biaya dan tanpa berbuat apa-apa. Biarlah mereka yang cuma bisa menghina, karena kutahu pasti karena rasa iri dalam ketakmampuannya berbuat apa-apa. Langkah ini baru dimulai, masih akan banyak lagi rintangan menghadang, tapi semoga kekuatan tak lekang.

Membina dan mengelola sebuah yayasan berisi ratusan penulis, bukan hal yang mudah. Tidak cuma dibutuhkan kemampuan menulis apalagi cuma sekedar bicara, melainkan juga dibutuhkan mental seorang pejuang sejati dan kemampuan mengorganisasi juga kemampuan menjalin  hubungan antar personal dengan baik. Selebihnya adalah cinta. Ya cinta ... hanya dengan cinta segala yang berat terasa ringan. Cuma dengan cinta, kesulitan akan menemukan jalan keluarnya. Disebabkan karena cinta, maka aku berada di sini, mengemban dan memegang amanah ini sebagai sebuah ujian sekaligus bukti cinta pada Yayasan CENDOL Universal Nikko. Sekolah gratis yang telah melahirkan banyak penulis pemula yang kian berkibar di mana-mana.

4 komentar:

Kaliandra said...

Terharu bacanya, Bunda
Semoga BONEKTIM dan seluruh Cendolers di manapun berada selalu sukstreeees dan kereeeen. Aamiin ^^

Titie Surya said...

Hai Fila ... amiiin, thanks untuk kunjungannya ya :)

Anonymous said...

Apalagi di bonektim semakin bertambah keruwetannya dengan hadirku. Gelarkupun selain Dr. dan MARS., juga ditambah SKD..., alias Sak Karepe Dewe..., hahaha...
Kalau aku berpuisi tentang pelangi, sebenarnya aku hanya melihat hal itu sebagai hitam putih semata. Bisa dibayangkan beban dear Titie Surya bertambah banyak.
Semoga tabah dan tahan ya, karena kehebatan seseorang bukan dilihat dari kengganthengannya, kekayaan, kepintaran. Kehebatan seseorang akan diuji pada ketahanan dan ketabahannya menghadapi dan melampaui setiap tekanan kehidupan...
Aku indah..., sastra indah..., aku sastra..., semoga indah...

Titie Surya said...

Ah meskipun anonym, aku tahu ini pasti komennya pak Ananto hehehe
Ya nasiiiiib ya nasiiiiib ... mengapa beginiiii baru pertama bercinta sudah menderitaaaa hahahaha aku ketularan SKD mu pak dokter ganteng :D

Post a Comment

Untuk mempererat persahabatan, tinggalkan jejakmu di tulisan ini ya sahabat. Terima kasih

Followers

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | 100 Web Hosting