Sunday, May 26, 2013

Little Angels In My Life


Menjalani hidup sebagai perempuan single di usia 40 an, bagaimana rasanya? Kesepian, sunyi, atau bahagia? Andai kata-kata mampu mendeskripsikan selaksa rasa di ruang-ruang hatiku, mau rasanya kutuliskan dan kujabarkan satu persatu. Tapi satu kata yang ingin kuucapkan hari ini adalah, aku bahagia meski menjalani hidup ini sendiri di usiaku yang tak lagi muda.

Ada begitu banyak anak-anak di sekelilingku yang memanggilku bunda. Mulai mereka yang berusia SD hinggga anak kuliahan bahkan yang sudah lulus kuliah, yang masih suka bermanja-manja padaku, layaknya anak yang bermanja pada bundanya. Di antara sekian banyak anak-anak dalam hidupku, anak yang terlahir dari hatiku, ada 3 anak spesial yang selalu saja membuatku merindukan mereka.

Rindu, gadis kecil berusia 3 tahun. Seorang anak yang terlahir sebagai anak indigo, lebih cerdas, kritis, dan memiliki daya analisa yang melebihi anak-anak seusianya. Rindu adalah keponakan dari salah seorang sahabatku. Aku kerap dibuat terkejut dengan perkembangannya yang pesat, baik fisik,  motorik maupun psikologisnya. Aku mengamati perkembangannya dari waktu ke waktu sejak dia lahir dari rahim ibunya. Aku juga terlibat intens dengan perkembangan emosinya, karena dia dan bundanya adalah juga pasienku yang rutin terapi. Yang menyenangkan dari Rindu adalah kadang aku lupa kalau dia masih balita. Bercakap-cakap dengannya yang  memiliki daya analisa dan kemampuan memahami orang dewasa di sekelilingnya, membuatku kerap tak sadar  bahwa dia masihlah kanak-kanak yang terlalu belia. Sebagai balita, Rindu kadang juga tantrum. Kusebut kadang, karena dia lebih banyak bersikap manis dan menyenangkan. Bahkan di saat sakit, dia tidak pernah rewel seperti anak-anak pada umumnya. Bermain-main dengan rindu, layaknya memiliki teman kecil untuk bercerita dan berdiskusi layaknya dua manusia tanpa beda usia. Kecerdasannya sangat luar biasa. Aku selalu rindu dengan cerita-ceritanya dan kemampuannya memberi nama pada sesuatu yang tak bernama juga ucapannya, kalau tantenya bilang, " tak pek looh tantennya!"

Dengan wajah lucu dan ekspresi takut kehilangan, aku dipeluknya sambil berucap, "Ojo yooo ... iki Tante Titieku ..."

Jadi kangen Rindu yang belum sempat kutengok usai sembuh dari sakitnya. Tunggu tante ya, Nak ....

Safa dan Marwah, dua gadis kembar juga berusia 3 tahun. Putri-putri manis dan cantik yang menggemaskan ini adalah anak-anak dari sepasang suami istri, sahabatku. Melewati setengah hari ini bersama mereka, membuat hatiku dipenuhi bunga-bunga bermekaran indah. Kelucuan dan penerimaan mereka terhadapku, membuatku serasa memiliki mereka selayaknya putriku sendiri. Kemanjaan, celoteh, tawa dan rengekan-rengekan kecil mereka, membuatku selalu rindu untuk membawa mereka ke pelukanku.

Meski kembar identik, Safa tetap berbeda dengan Marwah. Dari tampilan fisik, Safa lebih gemuk dari Marwah karena lebih mudah dan lebih sering makan. Safa juga lebih mudah menerima alasan tentang sesuatu. Seperti hari ini, aku, Safa, Marwah dan Yumna (kakaknya si kembar) harus naik becak dari Tambak Sari ke Kapas Krampung Plaza. Sepanjang jalan Safa terus bertanya kenapa kita harus naik becak? kenapa mama jalan kaki? Jadilah aku menjelaskan padanya, bahwa kalau jalan kaki itu capek dan kalau Safa capek pasti minta gendong mama, tentu mamanya akan lebih capek. Aaah ... senangnya bisa memahamkan satu masalah pada anak sekecil dia, Safa juga lebih mudah mengalah dengan kembarannya, seperti saat berebut permen lolipop di mobil siang tadi.

Berbeda dengan Safa, Marwah lebih mudah tantrum. Kadang juga mau menang sendiri dan tidak mau mengalah. Memahamkan satu hal pada Marwah butuh lebih banyak pengulangan daripada menjelaskannya pada Safa. Fisiknya juga lebih langsing karena pola makannya tidak seintens Safa. Kalau sudah ngambek agak sedikit lebih susah dibujuk rayu.

Yang sangat menyenangkan dari mereka adalah kalimat-kalimat lucunya, "aku sayang sama Tante. Tante sayang nggak sama aku?"

Atau kadang kalau sudah sangat gemes dan menciumi mereka, dengan lucunya mereka akan bilang,"Jangan kenceng-kenceng, ntar aku nangis loooh ...."

Duuuh rasanya pengen kuculik si kembar dan kubawa pulang. Kelucuan dan kemanjaan mereka, memenuhi relung rinduku akan hadirnya anak dalam kehidupanku. Memeluk mereka mendamaikan jiwa dan mengusir resah. Tapi biarlah kunikmati percik-percik rindu dan bahagia ini dengan mengukir senyum, tawa, celoteh dan rengekan mereka di benak dan hatiku. Biarlah kerinduan ini menjadi percakapan naluri dan cinta di atas dilatasi duka yang kerap mengusik airmataku.

Merekalah malakat-malaikat kecil dalam hidupku. Rindu, Safa dan Marwah, masing-masing memberi warna yang berbeda dalam ruang-ruang rindu yang kusyukuri sebagai anugerah dalam kesendirianku. Semoga selalu ada waktu dan kesempatan buatku untuk bisa memeluk mereka di sisa perjalanan hidupku.

*Karang Menjangan, 27 Mei 2013

8 komentar:

Unknown said...

Semoga 3 badadari tersebut mampu menobati kerinduan Bunda. :)

Lidya Fitrian said...

jadi sayang anak-anak ya

Titie Surya said...

@Yoga : tentu ... semua anak-anakku adalah pengobat rindu. Termasuk Yoga juga :)

Titie Surya said...

@Lidya, aku memang sangat sayang sama anak-anak. Apa khabar bu?

Niken Kusumowardhani said...

Hai mbak Titie. Rasa sayang kepada anak-anak sering menjadi terapi untuk suasana hati yang kadang lesu.

tiek_purnomo said...

Mauuu doong akuuu diculik...hehehehe ^___^
Apakabar bunda? Smoga sehat selalu yaaa

Titie Surya said...

Hai mbak Niken, apa khabar? Iya anak-anak adalah terapi suasana hati tersendiri buatku :)

Titie Surya said...

Hai Tiek ... nyulik kamu? aduuuh berat bangeeet hehehe .... Alhamdulillah khabarku baik, semoga kamu juga ya :)

Post a Comment

Untuk mempererat persahabatan, tinggalkan jejakmu di tulisan ini ya sahabat. Terima kasih

Followers

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | 100 Web Hosting