Saturday, December 22, 2012

Surga Yang Dipertanyakan

Hari ini, 22 Desember, konon diperingati sebagai hari ibu. Di mana-mana bertabur kalimat indah tentang cinta, kasih dan rindu terhadap seorang ibu. Perempuan di belahan bumi manapun pasti bahagia jika menerima ucapan,"Selamat hari ibu."

Ucapan selamat hari ibu pun menghiasi jejaring sosial di dunia maya. Tak kenal usia, gender ataupun strata, semua berlomba merangkai frasa menjadi hadiah bagi para ibu tercinta. Tapi benarkah setiap ibu layak mendapat ucapan selamat hari ibu? Lalu benarkah setiap ibu menyimpan surga di kakinya?

Pertanyaan itu menyeruak begitu saja dalam benakku, saat seorang bocah lelaki usia duabelas tahun bertanya, "Bund, apa aku harus mengucapkan selamat hari ibu pada ibuku?"

Aku terperangah, lalu menjawab, "Tentu saja nak, Ibumu berhak atas ucapan itu darimu."

"Selama ini, hanya nenek yang kukenal sebagai Ibuku, Bund. Hanya nenek yang menyayangiku. Bahkan kadang aku berfikir, apakah aku ini anak ibuku," ucap lelaki belasan tahun di hadapanku dengan guratan wajah terluka.

"Sayang, bagaimanapun, ia adalah Ibumu. Perempuan yang melahirkanmu, Menyusui dan membesarkanmu," aku berkata sambil menahan segenap deru di dadaku.

"Nggak Bund. Ibu tidak pernah menyayangiku. Ia hanya mengandung dan melahirkanku. Selebihnya aku besar dalam asuhan nenek. Entah di mana ia saat aku ingin dipeluk, saat aku ingin dimanja dan saat aku ketakutan. Ibu cuma bisa melahirkan, tapi aku nggak pernah tahu, ayahku siapa. Aku ini cuma anak haram, Bund!" Tangis mulai berhamburan dari kelopak matanya, dadanya bergelombang memancarkan emosi jiwa yang ditanggungnya berlarat seumur usianya.

Kurengkuh lelaki kecil itu dalam dekapanku. Kubelai rambut ikalnya. Sambil menahan airmata yang siap luruh, kubisikkan padanya, "Jangan pernah berfikir seperti itu, Nak. Kalaupun itu yang terjadi, ibumu pasti punya alasan mengapa menitipkanmu pada nenek. Percayalah, Ibumu punya cinta buatmu. Punya surga untukmu di kakinya."

"TIDAAAK!!!' Dilepaskannya pelukanku. Urat wajahnya mengeras dan memerah karena kemarahannya.

"Ibu tidak pernah menyayangiku atau adik-adikku. Ibu seenaknya saja hamil lalu menyerahkan kami pada nenek. Lihat bund ... lihaaat! apa wajahku mirip dengan adik-adikku?! Nggak kaaan?! Itu karena kami memang bukan dari ayah yang sama! Karena Ibuku seorang PELACUUUR ...!

BRAAAK .... Penuh amarah dia meninju meja dengan kepal tangannya. Airmata kian deras dengan sedan yang tertahan di dadanya. Aku merasakan nyeri yang menyayat di ujung hati dan menelikung di sudut nadi. Aku tak tahu harus berkata apa, karena memang anak ini terlahir dari rahim salah seorang pelacur di gang Dolly yang telah beralih profesi menjadi mucikari.

Aku luruh dalam diamku, membiarkan anak itu menumpahkan emosi jiwanya. Perlahan dia mendekatiku. Bersimpuh di kakiku. "Bund, hanya perempuan seperti bunda yang memiliki surga. Meski Bunda tak punya anak dari rahim sendiri, tapi aku akan berkata kau lah surga buatku. Karena aku lahir dari ketulusan hatimu."

Sekali lagi kudekap dia dalam pelukku. Airmataku tak lagi terkendali. Meluncur deras bersama tangis anak lelaki di hadapanku. Meski begitu, tetap kujaga nalarku untuk membuatnya tetap menghormati sang ibu, sekalipun ia seorang pelacur.

"Sayang, adanya kamu hari ini, dengan segala sifat baik dalam dirimu, bakat yang Allah anugerahkan padamu, tidakkah kamu sadari, bahwa doa ibumu mengalir dalam darahmu? Mungkin ia tak pernah mengatakan sejuta cinta padamu. Atau mungkin tak pernah ia memelukmu ...."

Aku menarik nafas, mengalirkan ketenangan dalam jiwaku, lalu kulanjutkan ucapanku, "Bunda yakin, dalam keterpurukannya, sebaris doa selalu dilantunnya buat putra-putri yang lahir dari rahimnya. Bagaimanapun, tanpanya, kamu tidak pernah ada di dunia ini. Tetaplah doakan ibumu, jadilah anak sholeh baginya. Doamu akan menjadi penerang baginya, Anakku. Ingat juga, bagaimanapun ibumu, surga harus kau raih dengan segala perbuatan baikmu sendiri."

Lelaki kecil di hadapanku tergugu sambil menghela nafas dalam berkali-kali. Disusutnya airmata dengan lengan bajunya, merenggangkan diri dari pelukanku. "Bund, temani aku meraih surga itu. Setidaknya aku tak pernah lagi sendiri. Karena Bunda selalu ada buatku dan adik-adik di sini. Aku ingin yakin, bahwa ibuku juga memiliki surga di kakinya, seperti Bunda."

Aku tersenyum sambil menghapus kristal bening yang tersisa di kelopak mataku. Kuacak rambut ikalnya sambil menganggukkan kepala, berusaha meyakinkannya. Tak perlu lagi kata, karena kami segera larut dalam aktivitas membuat kartu ucapan selamat hari ibu. Semoga waktu memberiku kesempatan untuk bisa selalu mendampingi mereka.

*Mengingat kisah setahun yang lalu di lokalisasi Dolly. Tak terasa sudah hari ibu ke 2 bersama mereka. Karang Menjangan, 22 Desember 2012










11 komentar:

Adam Pramuja said...

Selamat hari ibu :)

Niken Kusumowardhani said...

Terharu dengan kasih sayang bunda Titie kepada anak2 di sana. Mereka punya hak sama dengan anak2 lain di luar lingkungan itu.

Semoga Mbak Titie dan teman2 diberi kesehatan dan perlindungan dari Allah.

Ragil Kuning said...

Kisahnya bikin terharu... :(

Titie Surya said...

|
Terima kasih @adam Pramuja

Titie Surya said...

Amiiin ... terima kasih mbak Niken :)

Titie Surya said...

*Sodorin tissue buat Fitri

Lidya Fitrian said...

selamathari ibu mbak, maaf telat :)

Akarui Cha said...

Oh Bund, tulisan Bunda bikin aku terharu

Anonymous said...

I’m not that much of a online reader to be honest but your blogs really nice, keep it
up! I'll go ahead and bookmark your site to come back later on. All the best

Stop by my homepage website reviews

Anonymous said...

Excellent site. Lots of useful info here. I'm sending it to a few pals ans additionally sharing in delicious. And obviously, thank you to your sweat!

Also visit my web blog ... Natural Anxiety Remedies Tips

Unknown said...

ada kah yg mau jadi ibuku ?aku punya ibu kandung ( setidaknya itu kata orang dan tertulis di akta kelahiranku ) tapi aku tidak pernah merasakan indahnya punya ibu seperti ygtemanteman ceritakan disekolah apalagi yg sering digambarkan di puisi dan lagunya iwan fals ..jauh banget

Post a Comment

Untuk mempererat persahabatan, tinggalkan jejakmu di tulisan ini ya sahabat. Terima kasih

Followers

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | 100 Web Hosting