Tuesday, August 9, 2016

Full Day School Antara Fakta dan Realita.


Koleksi Foto Mama Ephy
Sosial media sepekan belakangan ini gonjang ganjing dengan wacana full day school yang digelindingkan oleh menteri pendidikan yang baru, Muhadjir Effendy. Beragam tanggapan dari pro dan kontra saling bersilang meramaikan dunia maya. 

Secara etimologi, full day school berarti kegiatan belajar sehari penuh. Sedangkan secara terminologi bisa diartikan sebagai sistem pembelajaran sehari penuh dengan menambah muatan materi pelajaran, pendalaman, pengembangan diri dan kreatifitas. 

Full day school mulai muncul di Amerika sekitar tahun 1980an yang diterapkan pada jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak. Dengan alasan semakin banyak ibu pekerja yang tidak memiliki pengasuh untuk membantunya mengurus anak selama ia bekerja.  Di Indonesia sendiri, sistem full day school mulai booming pada tahun 1990an dengan maraknya berdiri sekolah-sekolah berlabel islam terpadu atau sekolah unggulan. 

Faktanya, dengan adanya sistem full day school, sekolah dituntut untuk memberikan fasilitas yang memadai bagi murid-murid dan juga para gurunya. Bagaimanapun mereka akan beraktivitas sehari penuh di sekolah. Fasilitas mulai snack, makan siang, jam tidur, tempat tidur, besaran gaji guru, dan fasilitas lain yang menunjang harus bisa disediakan oleh sekolah. Pemenuhan semua fasilitas tersebut bukanlah sesuatu yang murah. Hal ini akan berdampak pada besarnya biaya pendidikan yang harus ditanggung oleh orangtua murid. 

Jika alasan dicanangkannya full day school semata agar jam sekolah anak matching dengan jam kerja orangtua, maka program ini sepertinya hanya cocok diterapkan di perkotaan dan bagi sekolah yang mayoritas kedua orangtuanya adalah pekerja. Sementara di daerah pinggiran, daerah terluar, termiskin, dan tertinggal, yang mayoritas orangtua, utamanya para ibu adalah ibu rumah tangga, sekolah dengan sistem seperti ini sulit diterapkan. Terlebih bagi para orangtua yang juga membutuhkan anaknya untuk membantu pekerjaan atau bahkan bekerja menambah penghasilan keluarga.

Alasan lain diluncurkannya wacana tersebut untuk tingkat pendidikan dasar SD dan SMP juga antara lain untuk mencegah anak melakukan aktivitas bebas, lepas kontrol dan cenderung berkonotasi negatif. Adakah fakta dan realita berdasarkan angka-angka survey dan kasuistik yang menunjang alasan tersebut?

Plus minus full day school sama halnya dengan sistem pendidikan lainnya, pastinya akan terus menuai pro dan kontra. Jika full day school hanya membebani anak dengan tambahan pelajaran secara teoritis, lebih baik anggaran pendidikan digunakan untuk hal lain yang lebih bermanfaat. Perbanyak pendidikan life skill, critical thinking, dan pendidikan terukur yang bisa melejitkan seluruh potensi anak. 

Full day school untuk jenjang pendidikan dasar tidak perlu harus seminggu penuh. Juga tidak dengan materi pendidikan yang membosankan dan mendorong anak menjadi lebih stress. Saya sendiri mengalami "full day school" saat menjadi siswi SPG (Sekolah Pendidikan Guru). Pendidikan sehari penuh yang full fun. Saya dan kawan-kawan saat itu tidak dibebani materi pelajaran yang bikin stress. Kami mendalami life skill yang kelak sangat berguna saat umur bertambah beberapa puluh tahun. 

Indonesia juga memiliki sejarah full day school yang panjang lewat pesantren-pesantren dan sekolah-sekolah berasrama, Tidak cuma sehari penuh murid-murid belajar di sekolah itu. Mereka bahkan 24 jam berinteraksi penuh dengan para guru dan teman-temannya. 

Sistem adalah sistem, seperti mata pisau, apakah akan menjadi manfaat atau mudharat, tergantung siapa yang menggunakan pisau tersebut. Bagaimanapun saya memimpikan pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik. Siapapun menteri pendidikannya. 

*Meruya, 9 Agustus 2016
*Kudedikasikan tulisan ini untuk alumni SPG Negeri 6 angkatan 1988


2 komentar:

Lidya Fitrian said...

maksudnya full day disini untuk sekolah negeri ya, aku kurang begitu update beritanay nih. Tapi anak-anak di sekolah udah full day

Titie Surya said...

Iya untuk sekolah negeri, Mbak Lidya.

Post a Comment

Untuk mempererat persahabatan, tinggalkan jejakmu di tulisan ini ya sahabat. Terima kasih

Followers

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | 100 Web Hosting