Wednesday, May 30, 2012

Mensinergikan Pembaca, Penulis Dan Penerbit Bagi Indonesia

Beberapa tahun belakangan ini saya menaruh perhatian besar terhadap hari buku atau kerap disebut sebagai world book day yang jatuh setiap tanggal 23 April. Saya yakin sedikit sekali di antara kita yang mengenal apalagi memperingati hari buku tersebut. Bukan sebuah hari istimewa dibandingkan dengan hingar bingar peringatan hari besar lainnya dalam penanggalan banga Indonesia. 
 
Kebudayaan membaca di  Negara kita terlibas dengan kebudayaan menonton televisi.  Masyarakat kita belum rampung menyerap budaya membaca ketika televisi  hadir dirumah-rumah setiap rakyat Indonesia. Membaca menjadi sebuah kondisi yang dianggap terlalu serius. Sementara menonton televisi  menjadi kegiatan yang penuh dengan kesenangan yang tak cuma melibatkan otak dan mata, tapi  juga telinga dan bahkan menghanyutkan imaji penontonnya hingga emosi mereka larut dalam jalinan cerita yang ditayangkan dalam televisi. Terlebih sejak era televisi swasta tumbuh subur bak jamur dimusim hujan dengan berbagai program tayangan yang membius permirsanya dengan iming-iming kemewahan dan  popularitas instan sebagai gaya hidup permisif, semakin membuat banyak anak bangsa melalaikan waktu demi menanti tayangan program yang membius angan semata. 

Rendahnya minat baca bangsa Indonesia turut memperburuk industri perbukuan di negara kita. Jika merunut teori supply and demand, rendahnya minat baca membuat industri perbukuan juga menjadi lesu. Indoenesia  hanya mampu menerbitkan 12.000 judul buku per tahun sementara  Singapura mampu menerbitkan 15.000 judul pertahun  dan Tiongkok 120.000 judul buku pertahun.  Tentu saja keadaan ini juga mempengaruhi efek pemakaian kertas. Indonesia cuma mencapai angka 26kg/kapita pertahun sangat jauh dibawah rata-rata pemakaian kertas ASEAN yang mencapai 52kg/kapita pertahun. Belum lagi daya beli buku, jauh berada diurutan terakhir dari daftar belanja bulanan kita.

Dengan kondisi demikian, bagaimana pencanangan Indonesia Menulis yang diresmikan pada Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2012, bisa berjalan mulus dan membangkitkan minat menulis di setiap lapisan masyarakat?  Menumbuhkan minat baca saja tak cukup jika tanpa diiringi dengan menumbuhkan keinginan menulis. Sebaliknya, pencanangan Indonesia Menulis saja juga tak akan berjalan signifikan tanpa ada upaya terus membangkitkan minat baca. Karena menumbuhkan minat baca tidak akan semakin maju jika minat menulis masih tertatih menemukan ruangnya.

Lalu bagaimana mengatasi satu masalah dengan dua sisi yang sama pentingnya? Mari kita tengok sumber daya yang ada di sekitar kita.

1. Wujudkan perpustakaan mini di manapun. Mulailah dari rumah, kantor, lingkungan masyarakat, taman bermain dan prasarana umum lainnya. Sisihkan sedikit anggaran untuk investasi buku yang akan abadi jika dirawat dan dipelihara dengan baik. Tidak ada salahnya mengusulkan kepada perpustakaan kota setempat untuk membantu pengadaan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di lingkungan tempat tinggal kita.  Juga tidak perlu malu mengusulkan pada atasan di mana kita bekerja untuk sedikit menyisihkan ruang sebagai oase baca yang setidaknya membuat para karyawan memiliki tempat mereguk ilmu di jam-jam sempit.

2. Sepuluh tahun belakangan ini industri perbukuan mulai bergeliat. Terlebih sejak adanya sarana facebook, twitter, dan blog di dunia maya yang merambah setiap tempat bahkan hingga ke pelosok pedesaan yang terjangkau listrik dan jaringan internet. Manfaatkanlah sarana tersebut semaksimal mugnkin. Gunakan semua itu untuk memacu diri menumbuhkan semangat menulis. Lalu kirimkan tulisan-tulisan tersebut untuk dibaca banyak orang. Yakinlah, tulisan yang bermanfaat akan menggugah jiwa dan menerangi hati para pembacanya. Dengan demikian pena kita akan memiliki kontribusi dalam merubah peradaban, kehidupan dan pola pikir meski hanya pada segelintir pembaca yang membacanya. Kita tidak pernah tahu dari mana sebuah manfaat, hidayah atau pencerahan itu datang. Tapi kita tahu bahwa kita bisa menjadi sumber pencerahan dan pemberi manfaat lewat kata-kata yang kita rangkai menjadi sebentuk tulisan.

3. Membangun jaringan pembaca, penulis dan penerbit. Dengan mengadakan silaturahmi di dunia maya bahkan jika perlu pertemuan nyata yang akan lebih memberi dampak maksimal dalam menyuntikkan semangat kebersamaan membangun Indonesia Membaca dan Menulis. Dengan jaringan sosial yang rapi dan tertata maka perlahan budaya membaca tumbuh dan membesar dalam banyak komunitas dan media yang membesarkannya. Pelan namun pasti penulis-penulis muda berbakat  bermunculan dan menyalakan pelita harapan perkembangan dunia baca Indonesia. Demikian pula penerbitan kian menemukan geliatnya pada sinergi kebutuhan membaca dan menulis yang tumbuh secara signifikan. Karena bagaimanapaun penerbit membutuhkan naskah-naskah bernas yang sesungguhnya banyak bertebaran di kalangan penulis pemula yang tidak akan pernah kalah bersaing dari penulis senior. Penerbit yang baik akan selalu berfikir, penulis senior menang usia, tapi penulis pemula menang kesempatan. Bangun komunikasi yang baik dengan kalangan penerbit, dengan demikian penulis pemula akan mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk menerbitkan karya.

Sinergi yang terbangun dengan kokoh di antara jaringan pembaca-penulis-penerbit, akan membuat Indonesia kian rancak dan cerdas di mata dunia. Jika demikian yang terjadi, maka pencanangan Indonesia Menulis yang derapnya dimulai dari Jawa Timur, bukan tidak mungkin akan mampu menorehkan tinta emas peradaban yang akan dikenang bahkan hingga saat seluruh tinta di dunia mengering. Mari wujudkan, mulailah dari diri kita sendiri, tapi jangan lupakan bahwa banyak jemari akan menjadikan segala yang berat menjadi ringan.

*Artikel  ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Indonesia Bangkit di BlogCamp.

11 komentar:

Budhi Insan said...

Konsep yang bagus untuk mencerdaskan anak bangsa, memang membaca adalah pintu gerbang menuju ruang ilmu, maka mensinergikan antara pembaca, penulis dan penerbit harus terjalin, hanya perlu selektif juga buku yang akan diterbitkan, harus membangun, mencerdaskan juga.

sukses untuk kontesnya

Titie Surya said...

Siiip! thanks mas Insan ... semoga selalu ada kekuatan untuk berbuat lebih baik dari hari ke hari.

Shohibul Kontes Indonesia Bangkit said...

Saya telah membaca dengan seksama artikel diatas.
Akan segera saya daftar
Terima kasih atas partisipasi sahabat
Salam hangat dari Surabaya

Bonitnotz said...

Hmmm... Nice Bunda,.. berasa dicubit sama artikelnya, coz salah satu penyakit Bonit itu.. males baca,.. hhee... :D

Semoga Menang kontes'a... ^_*
pengen ikutan tp bisa ga ya??? @,@

Titie Surya said...

Hai Bonit, nggak sakit kan dicubitnya? :)
Bisa kok, hari ini terakhir loh batasan ikut lombanya nanti malam jam 20.00. langsung saja meluncur ke link di dalam tulisan ini.

Susi Susindra said...

Sepakat, mbak. Sinergi penulis dan pembaca harus dibangun karena mereka saling membutuhkan.

Titie Surya said...

Hai Susi Susindra, terima kasih mampirnya ya :)

Unknown said...

pengen punya lebih banyak lagi waktu buat baca n nulis. moga bisa lebih intens lagi kedepannya buat berkarya. ayo maju besama bund ....

Titie Surya said...

Ridwan, majuuuu jalaaaan ... :)

affanibnu said...

semoga itu tidak hanya sekedar diatas kertas.. :)

Titie Surya said...

Terima kasih sudah berkunjung Affan Ibnu. Semoga kita smeua bsia mewujudkannya :)

Post a Comment

Untuk mempererat persahabatan, tinggalkan jejakmu di tulisan ini ya sahabat. Terima kasih

Followers

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | 100 Web Hosting