Saturday, June 1, 2013

Me And My Little Angels

Hari ini badanku rasanya meriang. Memang sejak kemarin, aku merasa kedinginan yang sangat. Kuyakin bukan karena ac di ruang kerja lebih dingin dari biasanya, tapi karena daya tahanku menurun hingga tak mampu mengatasi suhu dingin. Semula aku ingin menghabiskan hari ini dengan tidur lebih panjang dari biasanya. Tapi kerinduan pada bidadari-bidadari kecilku tak mampu membuatku lebih lama lagi memeluk guling. Kukirimkan sms pada sahabatku,"Mbak, aku kangen Safa Marwah."

Tak lama sms-ku berbalas dengan ajakan ketemuan di perpustakaan Balai Pemuda. Hatiku melonjak kegirangan dan membuatku bergegas mandi dan bersiap menuju Balai Pemuda. Tapi ternyata perutku tidak bisa diajak kompromi. Sudah rapi-rapi berdandan, mules merejam. Dengan amat terpaksa aku menunda keberangkatanku hingga pukul 11.40.

Setelah melewati perjalanan 15 menit naik angkot, sampailah aku ke perpustakaan. Setelah bertukar peluk cium dengan ibunya, segera kucari Marwah di ruang baca anak. Kupeluk Ia sepenuh rindu yang meluap di hati. Wajah imutnya menatapku dan berkata, " Kok Tante di sini?" 

"Iya, Tante kangen kamu. Marwah kangen nggak sama Tante?"

"Aku juga kangen, Tante." lalu dipeluknya aku, dan diciumnya kedua pipiku.

Duuuh ... kebahagiaan kian memenuhi relung rinduku. Setelah itu aku asyik bermain, membacakan buku untuknya dan menemaninya makan biskuit di luar perpustakaan. Melihat caranya berlari, kutahu fisiknya lebih kuat daripada Safa, kembarannya. Celoteh-celoteh gadis kecilku selalu membuatku tertawa dan berkali-kali memeluknya. Wajahnya kian menggemaskan saat berekspresi pura-pura nangis atau pura-pura marah. Imut, lucu, dan menggemaskan, betul-betul sosok seorang balita sesungguhnya yang kutemui pada gadis kecilku ini. Kemanjaannya, pelukan dan ciumannya untukku, membuatku merasa menjadi seorang ibu yang sesungguhnya meski cuma dalam hitungan beberapa jam.

Waktu jua akhirnya yang membatasi kebersamaan kami. Marwah, ibu dan kakaknya harus segera pulang karena sudah dinanti oleh sang ayah di rumah. Aku mencoba mengajak Marwah untuk ikut bersamaku dan taraaa ... ternyata dia mauuu ... uuuh senangnyaaa .... Tapi tentu saja aku tidak tega menculiknya, terlebih saat ibunya bilang, "Anakku yang satu sudah sama Utinya, masa' ya yang ini dibawa Tante? Yang satu di pondok, tinggal Yumna doang dong. Aku sama Ayahnya nggak bisa kesepian tanpa anak-anak." 

Hatiku mencelos, eehm baiklaaah ... kusadari bagaimanapun seorang ibu tidak bisa berpisah dari anak-anaknya. Sekalipun punya anak banyak, yang satu tidak ada pasti juga akan terasa ketidak hadirannya. Akhirnya kulepas mereka pulang, sementara Marwah masih terus berdadah-dadah denganku sampai hilang dari pandangan.

Memenuhi rindu yang masih memenuhi hati, aku menuju rumah Rindu. Gadis kecilku yang lainnya. Si bocah indigo yang hari ini tidak dalam mood yang benar-benar baik. Celotehnya cenderung lebih judes dari biasanya. Kontradiktif dengan kelembutan dan kemanjaan Marwah. Dia tidak mau cium tanganku, aku juga pura-pura ngambek saat dia minta kupangku. Kubilang, "Emoh aku, Rindu galak gitu sama Tante, nggak mau salim."

Menyadari kesalahannya, dia berusaha merebut hatiku dengan memeluk, dan mencium kedua pipi, lalu mencium punggung tanganku. Maka berakhirlah drama judes-judesan di antara kami hehehe ....

Kemudiam kami main masak-masakan. Dengan peralatan rumah tangga mininya,  Rindu berfantasi membuat jus, tahu isi dan bakwan. Diputarnya blender dan mixernya sambil berceloteh. Aku dan bundanya menjadi pembeli yang asyik mengamatinya memecah telur, membuang kulit telur, membuat jus, dan memanggang kue dengan ovennya.  Caranya menalar sebab akibat saat memasak, benar-benar menunjukkan kecerdasannya yang di atas rata-rata. Belum caranya mengungkapkan kronologis saat kutanya kenapa kakinya ada bekas luka. 

"Aku kan lagi main sama Nimas, ada Bu Poh, ada Pak Pok, Ada Yangti, lagi duduk-dudukan. Aku lali (lari) telus jatuh, lejingku suwek, telus kakiku metu dalahe (keluar darahnya)."

"Siapa yang ngobatin kakimu," tanyaku sambil mengelus bekas lukanya.

"Sama Pak Pok diludahi, sama Bu Poh dikasih minyak tawon." jawabnya sambil tetap asyik menjalankan bleder dan mixernya.

Gemeees rasanya mendengar ucapannya yang sok tua ... segera kuraih dia ke pelukanku. kuciumi dan kukelitiki sampai dia tertawa-tawa kegelian dan teriak-teriak. Andailah waktu tidak beranjak kian malam, mau rasanya terus bermain bersama Rindu. Tapi adzan maghrib membuatku harus segera pulang. Usai menciumi berkali-kali lagi kedua pipinya dan memeluknya, kutinggalkan gadis kecilku dengan lambaian tangan.

Kubawa pulang wajah Marwah dan Rindu di hatiku. Seperti menghirup oksigen, mereka mengisi nafas rinduku penuh seluruh. Melalui hari Sabtu bersama mereka membuatku lupa akan rasa sakit yang sempat membelit tubuhku. Merekalah wajah rindu di usiaku yang kian beranjak senja. Semoga selalu ada waktu untuk bisa memeluk dan bermain bersama mereka lagi.

*Karang Menjangan, dinihari 2 Juni 2013

4 komentar:

Lidya Fitrian said...

semoga kerinduannya sudah terobati ya

Bonitnotz said...

Syafakillah buat bunda juga marwah yaa.. :)
#meleleh T-T

Titie Surya said...

Sudha kok, Mbak Lidya :)

Titie Surya said...

Hai Bonit, yang sakit Rindu, bukan Marwah hehehe. Anyway makasih ya buat doanya :)

Post a Comment

Untuk mempererat persahabatan, tinggalkan jejakmu di tulisan ini ya sahabat. Terima kasih

Followers

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | 100 Web Hosting