Thursday, June 6, 2013

Rindu Berkabut Darah

Ahaaa! akhirnya sampai juga aku ke kota ini. Surabaya! Kota yang wajib kukunjungi melalui surat wasiat bunda yang diberikan padaku, 4 bulan yang lalu. Jam di hapeku menunjukkan pukul 20.30 ketika kereta memasuki stasiun Gubeng. Kuayun langkah ke sebuah cafe di salah satu sudut stasiun, sepertinya secangkir kopi panas cukuplah menyegarkan ragaku yang penat setelah menempuh perjalanan panjang dari jakarta. Tak sesiapapun kukenal di kota ini. Hanya berbekal sepucuk surat yang di dalamnya tertera sebuah nama, nomor telepon, dan nama kota. Seminggu yang lalu kucoba menghubungi nomor tersebut. Gayung bersambut, pemilik nomor itu menjawab sapaanku. Setelah bercerita tentang wasiat ibu, dan tentu saja menyebutkan nama ibuku, lelaki yang menjawab teleponku mengundangku datang ke Surabaya. Maka di sinilah aku saat ini menantinya, sambil menyesap kopi dan sesekali melempar pandangan ke arah pintu masuk, mencari seraut wajah yang belum kukenal, wajah lelaki bernama Kapten Bhirawa.

Pada menit ke 17 penantianku, seorang perempuan yang kutaksir berusia 50an menghampiriku sambil mendorong sebuah kursi roda. Seorang lelaki berusia 60an dengan sorot mata bercahaya duduk di atas kursi roda tersebut. Aku menatapnya, takjub! kutemui garis wajahku pada raut muka lelaki itu. Aku bertukar senyum dengan mereka. Sebelum aku sempat bertanya, lelaki tua itu menarikku ke pelukannya hingga  aku terseret dari dudukku. "Anakku !!!"

Aku terperangah. Menatapnya penuh tanya. Selembar foto pernikahan, foto keluarga saat aku berusia 2 tahun, dan surat cinta ibu dan dia, disodorkan padaku. Di kedua foto itu, wajah ibuku bersanding dengan senyum bahagia bersama sang lelaki, ayah kandungku. Air mata terburai meluncur deras di pipiku. Pencarianku berakhir di sini. Kupeluk erat ayahku yang masih gagah di usia senjanya. Aku tak pernah tahu bahwa ayahku, Thaha, ternyata diberi nama kesayangan Kapten Bhirawa, oleh ibuku.

Belum habis  mengurai rindu, aku mengejang, rinduku berkabut darah, saat seorang lelaki muda, gagah, menghampiri kami. Menyentuh bahuku, " Astuti, kamu di sini? Kamu anak ayahku?! Jadi kita bersaudara??? Aaargh ... bagaimana mungkin kekasihku adalah adik kandungku?!"

24 komentar:

Shohibul Kontes FF Senandung Cinta said...

Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Kontes Flash Fiction Senandung Cinta.

Ikuti juga Kontes Unggulan Blog Review Saling Berhadapan di BlogCamp (http://abdulcholik.com)

Salam hangat dari Surabaya

Noorma Fitriana M. Zain said...

takut ma darah aku...

Noorma Fitriana M. Zain said...
This comment has been removed by the author.
Meutia said...

mba titi keren cerita ne...sukses yah kontesnya :)

Risah Icha Az-zahra said...

nyeseekk.. sek.. sek... pacarnay ternyata sodara?? arghhhhhh

sonar manihuruk said...

Rindu berkabut darah...membayangkan ketemu ayah saja sudah mendebarkan...dan...ternyata sang pacar juga...
Kisah yang sangat menawan.Aku suka sekali.Mbak Titie mantap :)

Brillie said...

semoga menang ya mbak ikut Flash Fiction Writing Contest. nice story...

Titie Surya said...

@Pakhde Cholix, matur nuwun :)

Titie Surya said...

Noorma Fitriana M. Zain, waaah kalau lagi dapet tamu bulanan gimana? xixixi ... salam kenal ya ....

Titie Surya said...

meutia rahmah, terima kasih. Sukses juga buatmu ya ....

Titie Surya said...

Risah Icha Az-zahra, iya hiiiks .... Salam kenal dari Surabaya :)

Titie Surya said...

Risah Icha Az-zahra, terima kasih kunjungannya ya .... Sukses buatmu.

Titie Surya said...

sonar manihuruk, terima kasih kunjungannya. Sukses buatmu ya ...

Titie Surya said...

Amiiin ... terima kasih Brillie. Salam kenal.

Budhi Insan said...

Datang kesini menjadi ciut nyaliku, mana mungkin bisa menang dengan gurunya..

Sukses ya mbak

Titie Surya said...

Mas @Insan Robbani, jiaaah ... di atas langit masih ada langit. Soal menang nggak lagi penting. Tetap cemunguuuud! :)

yuniarinukti said...

Sebuah penantian panjang, karena surat cinta lah semuanya berakhir
Keren Mbak..

Titie Surya said...

Hai Yuniarinukti, ya begitulah ... terima kasih kunjungannya ya :)
Salam persahabatan ....

Lidya Fitrian said...

punah sudah harapannya ya hehehe . yo wis bersaudara lebih baik bukan :)

Titie Surya said...

Iya mbak Lidya. Semoga menjadi lebih baik. Eh tapi ini murni cuma fiksi loh :)

Nova Violita said...

Selamat ya.. dah jadi pemenang.... *jadi iri gue..hi2

Uniek Kaswarganti said...

selamat mba, tulisannya jadi juara I. memang luar biasa flash fiction mb Titie :)

Titie Surya said...

@Nova Violita, terima kasih ya. Nggak papa iri yang positif bisa memicu menjadi sebuah karya yang baik :)
Salam kenal ya ....

Titie Surya said...

@Uniek Kaswarganti, terima kasih ya. Salam kenal :)

Post a Comment

Untuk mempererat persahabatan, tinggalkan jejakmu di tulisan ini ya sahabat. Terima kasih

Followers

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | 100 Web Hosting