Tuesday, September 2, 2014

Jangan Berobat Alternatif!

Pagi tadi aku keluar rumah pukul 06.00 untuk beli lupis kesukaan suamiku. Melewati rumah tetangga pertama, nampak ramai. Kursi-kursi plastik berjajar rapi. Dari dalam rumah terdengar suara lantunan surat Yasin dibacakan. Aku bertanya pada salah seorang tetangga yang ada di situ, "Siapa yang meninggal?" 
Putra bungsu dari tetanggaku, berusia 5 tahun meninggal karena kanker Rhabdomyosarcoma. Kanker jaringan lunak yang biasanya lebih sering menyerang anak-anak di bawah usia 15 tahun.

Kita tentu masih ingat film Surat Kecil Untuk Tuhan. Yang diangkat dari kisah nyata Gita Sesa Wanda Cantika (Keke) pasien pertama yang didiagnosa dengan kanker rhabdomyosarcoma. Tidak pernah kukira, aku akan menemui penderita penyakit ini dalam kehidupan nyataku.

Saat pertama aku pindah ke rumah kontrakan yang sekarang kudiami, ibu dari anak tersebut adalah tetangga pertama yang kukenal. Lima bulan yang lalu putranya kulihat seperti sedang sakit bisul di kelopak mata kiri bawah (biasa orang Betawi menyebutnya bintitan) Bisulnya semakin membesar hingga membuat kelopak matanya seperti tertutup. Aku menyarankan mereka untuk membawa anaknya ke berobat ke rumah sakit. Tapi dengan alasan lama ngantri dan dapat kamarnya, mereka memilih pengobatan alternatif. 

Lama kelamaan sakitnya ternyata semakin parah. Terakhir bola matanya sampai keluar dan turun ke pipi. Sementara pengobat alternatifnya bilang bahwa reaksi pengobatan baru akan nampak hasilnya enam bulan kemudian. Kembali aku menyarankan pada ibunya agar membawa anak tersebut ke rumah sakit. Kukatakan bahwa kecepatan kanker berkembang jauh lebih cepat dari pengobatan alternatifnya. Anak itu tidak bisa menunggu sampai enam bulan lagi. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya mereka membawanya ke RSCM dua minggu sebelum ramadhan. 

Dua minggu setelah Idul Fitri, anak lelaki tersebut dibawa pulang. Sebagai pasien peserta BPJS, jatah rawat inapnya cuma 2 bulan. Selanjutnya mereka harus daftar lagi. Antri lagi. Untuk mendapatkan ruang rawat inap berikutnya. Kulihat mata anak tersebut telah direposisi dengan kemoterapi rutin yang dilakukan seminggu sekali, meskipun masih belum sempurna. 

Kufikir pada rawat inap kedua, ia akan lebih membaik. Nyatanya kanker berkembang jauh lebih cepat dari daya tahan tubuhnya. Hari ini ia kembali pada Sang Empunya. Jujur aku tak memiliki cukup kekuatan untuk melihat wajahnya. Hanya suamiku yang bersimpuh dan menatap wajahnya untuk terakhir kali.

Kanker Rhabdomyosarcoma adalah kanker ganas yang hingga hari ini belum diketahui pasti penyebabnya. Beberapa ahli mengatakan karena faktor genetik, pola hidup, pengaruh radiasi sinar Xray, radikal bebas, dan gelombang elektomagnetik. Penyakit ini biasanya ditandai dengan adanya benjolan kecil serupa bisul di daerah jaringan lunak seperti ; mata, kepala, leher, kantung kemih, vagina, prostat, testis, lengan, kaki, ketiak, dan sinovial. Penyakit ini dapat dideteksi dengan tes darah, diagnosa tulang, dan CT Scan, disamping juga dengan merunut riwayat kesehatan kedua orangtuanya. Orangtua yang sering mengkonsumsi alkohol dan narkoba, cenderung menyebabkan mutasi dan perubahan gen yang memicu penyakit tersebut. 

Satu hal yang perlu diketahui, sebagai seorang praktisi akupunkturis dan herbalis, saya menganjurkan untuk tidak menyandarkan usaha pada pengobatan aternatif semata. Jikapun ingin melakukan pengobatan alternatif, harus disinergikan antara akupunktur, pengobatan dengan herba, dan pengobatan medis semisal kemoterapi untuk mempercepat memutus metastase sel-sel kanker tersebut. Patut diketahui bahwa metastase (penyebaran) sel-sel kanker jauh lebih cepat dari perkiraan siapapun. Penanganan penyakit kanker, berarti berpacu denga waktu. Segala hal memang harus diupayakan. tapi hati-hati jangan sampai terjebak dalam fanatisme pengobatan tertentu. Pengobatan alternatif, semisal dengan herba, membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk melihat hasilnya. Sebagaiman sifat herba itu sendiri yang bertumbuh tidak dalam waktu cepat. Sementara pengobatan dengan akupunktur tidak serta merta mematikan sel-sel kankernya, melainkan meningkatkan daya tahan tubuh penderita dan melokalisir kanker agar tidak bermetastase lebih cepat. Sedangkan kemoterapi adalah upaya memutus mata rantai metastase tersebut dengan mematikan sel-sel kanker.

Tidak ada pengobatan yang bisa berdiri sendiri. Mensinergikan upaya pengobatan adalah langkah terbaik untuk mengatasi penyakit ganas semisal kanker. Pengobatan alternatif semata, memang efektif untuk penyakit-penyakit ringan yang akan langsung nampak hasilnya. Tapi jangan sesekali bermain sekedar di ranah alternatif saja jika pemyakit yang dihadapi adalah penyakit ganas. 

Bagaimanapun, Allah adalah Sang MahaPenyembuh. Semua usaha pengobatan adalah ikhtiar kita sebagai manusia yang diberiNya iman, akal, dan pikiran. Mencegah tentu saja lebih baik dari mengobati. Jika segala ikhtiar telah purna dijalani, maka tawakal kepada segala kehendak dan keputusan Allah adalah yang terbaik bagi setiap hambaNya. 

*Palapa, 03 September 2014. Teriring doa untuk almarhum ananda Haikal bin Abdul Rokhim.

 


6 komentar:

Santi Dewi said...

MasyaAllah... saya baru tahu tentang penyakit ini mba...

Titie Surya said...

@Santi, semoga keluarga kita terhindar dari penyakit ini ya.

anakpapabandy.blogspot.com said...

berharap kita semua seantiasa diberi nikmat kesehatan,,,

Tokopenjual said...

obat herbal sepertinya lebih baik :)

Titie Surya said...

@Lulu Wulandari, amiiin .... salam sehat

Titie Surya said...

@Toko Penjual, obat herba memang baik. Tapi tidak berdiri sendiri. Karena cara kerjanya yang pelan dan halus. Jadi harus disinergikan dengan tekhnik pengobatan lainnya. Salam sehat.

Post a Comment

Untuk mempererat persahabatan, tinggalkan jejakmu di tulisan ini ya sahabat. Terima kasih

Followers

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | 100 Web Hosting