Friday, April 10, 2015

Sukses Berberkah Karena Sakit Hati

Beberapa tahun yang lalu, seorang teman pernah bertanya padaku, "Apa obatnya patah hati, Mbak. Kekasihku selingkuh?" 

Jawabku saat itu adalah, "Jatuh cinta lagi. Lalu patah hati lagi. Kemudian jatuh cinta lagi berkali-kali, Kemudian rasakan bedanya patah hati kedua, ketiga, dan kesekian kalinya." 

Setelahnya, seorang teman yang lain berkata, "Aku sakit hati. Usahaku hancur. Ditikam teman dekatku sendiri. Piye carane mbalas sakit hatiku?"

Kujawab pertanyaannya, "Balaslah dengan menjadi lebih sukses dari kemaren."

Di kesempatan lain, seorang teman yang baru saja terkena musibah kematian suami dan anaknya curhat, "Kenapa Tuhan mengambil semua orang yang kucintai? Kenapa harus aku yang mengalami semua ini?"

Kupeluk dan kubisiki dia, "Karena Tuhan memberimu kesempatan untuk mencintai banyak orang yang lain. Karena Tuhan tahu, kamu punya sejuta cinta untuk dibagikan sebagai obat luka hatimu."

Sakit hati, patah hati, kehilangan, bahkan merasa hidup sebagai beban, adalah bentuk-bentuk emosi negatif yang bisa memancing stres berkepanjangan. Tapi pernahkah kita berpikir, bahwa semua emosi negatif itu bisa diolah menjadi stres yang positif? Stres negatif (distress) bisa diubah menjadi stres positif (Eustress). Bagaimana? Mungkinkah? Tentu sangat mungkiiin ....

Saat seseorang stress biasanya ia akan mengalami ketertekanan yang membuat emosinya meluap-luap dan mempengaruhi seluruh organ tubuh dan kinerja tubuhnya. Saat mengalami hal seperti ini, nikmatilah. Beri ruang pada hati dan jiwa untuk menikmati rasa sakitnya. Lalu menangislah. Karena menangis dapat menurunkan tekanan darah dan unsur mangan dalam tubuh. Sehingga suasana hati dan mood pun akan menjadi lebih baik. Dengan demikian akan melepaskan stres yang menekan jiwa. 

Pada saat kondisi jiwa dan tubuh mulai tenang, segeralah berwudhu lalu istighfar. Kemudian menulislah. Karena menulis dapat menjadi sarana mengkatarsiskan emosi. Tulis apapun yang melintas dalam pikiran Anda saat itu. Endapkan tulisan itu. Lalu baca kembali di suasana hati yang lain. Rasakan perbedaan emosi saat membaca tulisan tersebut. Bisa jadi kita tertawa saat membaca tulisan tersebut di lain kesempatan.

Setelah menulis, keluarlah. Pergilah menemui teman yang bisa membawa mood kembali bagus. Masuki komunitas yang bermanfaat. Bisa komunitas menulis, seni, merajut, melukis, pecinta batu akik, atau apapun. Serap energi positif yang ada dalam kebersamaan dengan anggota kemunitas tersebut. 

Sakit hati bukanlah harga mati untuk bunuh diri. Patah hati, luka jiwa, dan aneka kata yang mewakili kegagalan, kehilangan, bete, dan sebagainya, bisa menjadi peluru yang melesat menuju kesuksesan. Sungguh banyak cerita kesuksesan yang berangkat dari kegagalan, patah hati, sakit hati, dan lain-lain. 

Sebut saja Bung Karno, yang mampu menjadikan Indonesia merdeka dan berdaulat karena sakit hati atas segala penjajahan. Meski harus mendekam di balik penjara, diasingkan, dan berkali-kali hendak dibunuh. Tapi rasa sakit hati sebagai anak jajahan melejitkan dirinya menjadi Sang Proklamator. 
Lalu Thomas Alhpa Edison yang mampu menemukan lampu pijar sebagai cikal bakal kelistrikan saat ini, justru setelah ia berkali-kali mengalami kegagalan dan ejekan sebagai anak yang tak cerdas.
Masih ada Steve Jobs, pendiri Apple, perusahaan IT yang menghasilkan iphone. Seorang pengidap diklesia yang kuliahnya cuma sampai semester satu. Stres dengan sistem perkuliahan yang menurutnya tidak kondusif, memacu dirinya menemukan produk teknologi hingga menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Bahkan Willian Shakespeare mampu menulis kisah Rome dan Juliet yang fenomenal, karena cintanya yang tak sampai pada Viola de Lessep. Yang tak kalah penting, uswah hasanah, rosul mulia, Muhammad Saw yang gigih mensyiarkan Islam dengan mengatasi segala rasa sakit diejek, dimaki, dilempari kotoran, bahkan intaian pembunuhan setiap saat. Andai segala rasa sakit hati yang beliau rasakan menjadikannya putus asa, tentu Islam tak kita kenal saat ini. 

Kesuksesan sering lahir dari rahim kesedihan, patah hati, duka, dan aneka emosi negatif yang diolah menjadi peluru. Mereka tidak serta merta bisa mengatasi duka sekejap mata. Tak semudah membalik telapak tangan. Perlu upaya untuk mengubah luka menjadi karya. Perlu airmata untuk mennyuburkan setiap bulir perjuangan yang ditanam dalam proses menuju sukses. Juga perlu Kesungguhan dalam mengulurkan tangan ke dalam genggaman tangan Tuhan, agar dibimbing menuju keberhasilan.

Duka tidak melulu tentang airmata. Tapi sebuah proses dan upaya mengungkap sebentuk cinta dari Sang Mahacinta. Sakit hati tidak semata sebuah goresan yang memedih jiwa. Melainkan sebuah kesempatan yang Tuhan berikan untuk menjadikan diri kita lebih berarti dalam menorehkan jejak karya atas nama cinta. 

Maka bahagialah mereka yang pernah sakit hati, patah hati, memilin duka, dan memeras airmata. karena sejatinya mereka sedang diberi "hadiah" untuk melejitkan potensi diri menuju sukses. Kesuksesan yang berkah karena metamorfosis sakit hati.

Jika saat ini Anda sedang berduka, patah hati, sakit hati, bete, sedh, SELAMAT! Anda sedang memasuki fase menemukan tajamnya peluru yang akan menjadikan diri Anda lebih berarti. Ayooo segera bangkit. Ubah distress-mu menjadi eustress. Anda pasti bisa.


*Catatan seorang penghayat duka dan luka jiwa. Meruya, 10 April 2015

6 komentar:

Rahmi Aziza said...

menulis bisa meredakan sakit hati mak, saya udah pernah melakukannya, kadang ngorek2 aja di kertas, trus disimpan buat kenang-kenangan. pas dibaca lagi rasanya lucu hanya karena ini bisa sakit hati hihii

pakde sulas said...

AYO BANGIT, AYO BANGKIT, JANGAN RENUNGI KEGAGALAN

Akarui Cha said...

Patah hati mengajarkan aku untuk lebih selektif memilih seseorang untuk berbagi Bund. :)

Titie Surya said...

Semangaaat Pakde Sulas :)

Titie Surya said...

Selektif itu memang perlu Akarui Cha :)

Budokter.com said...

Sukses tidak mempunyai rahasia, kunci sukses semuanya sama.. Perlu kerja keras, tekun, dan tentunya punya pengetahuan apa yang ingin dijalani.

Post a Comment

Untuk mempererat persahabatan, tinggalkan jejakmu di tulisan ini ya sahabat. Terima kasih

Followers

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | 100 Web Hosting